I Gusti Ketut Mustika

Ketua BPAB, I Gusti Ketut Mustika melapor ke mapolsek Sukasada dan menyatakan telah terjadi penganiayaan pada dirinya yang dilakukan oleh salah satu konsumen air yang bernama I Gusti Komang Ripawan.

Buleleng (Metrobali.com)-
Pengelolaan air bersih di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tidak pernah lekang dari aksi protes yang dilakukan warga konsumen desa setempat. Pasalnya selama ini, selain airnya ngadat mengalir kerumah konsumen, juga tidak jelas para meter penghitungan volume air yang digunakan oleh konsumen.
Disamping itupula, kualitas air bersihnya beresiko yang diduga ada kandungan kurang menyehatkan berdasarkan hasil laboratorium. Terkait dengan hal inilah, warga konsumen menjadi mengeluh sembari sering melakukan protes, dan berharap agar pengelolaan air bersih ini lebih profesional dan tepat guna, sehingga kebutuhan air yang sangat vital ini bisa menyejukan warga konsumen.
Dari sekian protes yang telah dilakukan oleh warga konsumen, puncaknya yang berakhir dengan perkelahian adu jotos telah terjadi pada Senin (15/8) di kantor Badan Pengelola Air Bersih (BPAB) Desa Panji, antara Ketua BPAB, I Gusti Ketut Mustika dengan salah satu konsumennya yang bernama I Gusti Komang Ripawan, warga Banjar Dinas Dangin Pura, Desa Panji.
Akibat dari perkelahian tersebut, Ketua BPAB, I Gusti Ketut Mustika melapor ke mapolsek Sukasada dan menyatakan telah terjadi penganiayaan pada dirinya yang dilakukan oleh salah satu konsumen air yang bernama I Gusti Komang Ripawan.
Menurut keterangan I Gusti Komang Ripawan, dirinya itu setiap tiga bulan melakukan pembayaran air sekitar Rp133 ribu, namun kini terjadi perubahan pembayaran air tanpa pemberitahuan sebelumnya menjadi Rp190 ribuan. “Apa parameternya dalam menaikan tarif air ini, karena tidak ada rincian pembayaran dan water meter juga tidak dihitung” terang I Gusti Komang Ripawan.
Lantas bagaimana sikap Kepala Desa Panji, Nyoman Sutama terkait dengan perkelahian warganya itu? Dengan tegas ia menyatakan sangat menyayangkan kasus perkelahian tersebut langsung dilaporkan ke polisi.”Kami sangat menyayangkan dengan ulah warga kami yang tanpa diselesaikan di kantor desa terlebih dahulu, malahan kini secara langsung melaporkannya ke polisi” ujarnya.
Padahal, kata Nyoman Sutama lagi jauh sebelumnya, pihaknya sudah memperingatkan kepada Ketua BPAB agar menjadi pemimpin yang sabar dan tidak emosional.”Ternyata saran saya tidak diindahkan, yaaaa, beginilah akibatnya menjadi berurusan dengan polisi” ujarnya
Lebih lanjut ia mengatakan sebenarnya persoalan air ini bisa dibicarakan dengan baik-baik. Mengingat pihak kantor desa telah mengupayakan jalan keluarnya untuk menyelesaikan permasalahan air yang hingga kini tidak kunjung usai.”Kami sudah menganggarkan dana pemerintah desa untuk menuntaskan masalah distribusi air dengan melakukan tender untuk pengerjaannya” jelas Nyoman Sutama.
Selain menganggarkan dana, menurut Nyoman Sutama pihaknya sejak awal Tahun 2016 telah melakukan perekrutan tenaga kerja untuk bagian penghitungan water meter.”Kami mengumumkan mencari tenaga kerja untuk pengitungan water meter dan mengajukan lamaran bisa dilakukan di di delapan banjar dinas yang ada di Desa Panji” ujarnya.”Dari hasil perekrutan tenaga kerja itu, pada awalnya hanya tiga orang yang melamar dan anehnya pada Sabtu (13/8), dari tiga orang yang melamar, dua orang menyatakan mengundurkan diri,” tandas Nyoman Sutama.
Lantas bagaimana kelanjutan kasus perkelahian ini di Mapolsek Sukasada. Kanit Reskrim Polsek Sukasada AKP. Widiasa Sangku, membenarkan adanya laporan perisitiwa penganiayaan. Dan sudah ditanganinya dengan memeriksa para saksi.”Kami saat ini masih melakukan pemeriksaan saksi-saksi. Dan korban juga sudah menjalani visum yang hasilnya saat ini belum kami terima,”  pungkasnya. GS-MB