Jpeg

Denpasar (Metrobali.com) –

Kebutuhan LPG Bali sekitar 80 persen akhir-akhir ini terjadi kelangkaan khususnya LPG 3 kg di kalangan masyarakat bawah. Adanya disparitas harga atau teori ekonomi masyarakat cenderung memilih harga gas yang relatif murah.

Hal ini terungkap dalam hearing dengar Komisi III DPRD Bali dengan pihak PT.Pertamina Bali-Nusra dan Asosiasi Hiswana Migas, di Gedung DPRD Bali, Senin (18/5).

Ketua Komisi III DPRD Bali, Nengah Tamba mengatakan, bahwa selama ini pihaknya terus mendengar bahwa di Bali akan ada penghapusan elpiji khususnya untuk tabung elpiji 3 kg. Menurutnya, apakah memang ada masalah dari sisi pendistribusian, mulai dari Pertamina, pangkalan, agent, hingga ke pengecer.

“Ada kesan Pertamina ini tertutup sekali, saya dengar juga katanya kapal-kapal nelayan di Benoa karena mahalnya BBM jadi tidak melaut, kami menduga LPG 3 kg dioplos entah itu oleh pihak pangkalan, agent atau pengecer lainnya, lalu kenapa bisa ada oplosan, apakah para agen ini ada kewajiban untuk mengoplos,” tanya Tamba

Dikatakan Tamba, saat ini penggunaan masyarakat Bali akan kebutuhan gas elpiji capai sekitar 80 persen, dimana 11 persen untuk produk LPG 12 kg dan sisanya LPG 3 kg.

“Sampai barang langka ini apakah pekerjaan Asosiasi, agent atau memang nakalnya dimana? Masyarakat bisa nggak membeli di pangkalan lebih dari satu,” tukasnya.

Sementara itu, Putu Agus Budiana Kepala Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, mengatakan, cabang-cabang produksi seperti energi minyak dan gas alam dikuasai negara, dalam hal ini pemerintah daerah yang menguasai distribusi sementara Pertamina  bertugas sebagai pelaksananya.

“Dalam pemakaian di Dirjen Migas, satu tahun kebutuhan energi gas 7 ton dimana 5,7 ton LPG 3 kg sisanya 0,300 lpg 50 kg, keinginan kita  sangat besar sekali untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujarnya.

Pihaknya menduga ada realita bahwa disparitas harga mengakibatkan hal menyimpang di masyarakat, pihak kepolisian juga mengaku agak sulit mengawasi karena praktek seperti ini agak luas, imbuhnya.

Sementara itu, Branch Marketing Manager Pertamina Wilayah Bali Nusra Iwan Yudha Wibawa mengatakan, kebutuhan Bali perharinya mencapai 168 ribu tabung. Sementara konsumsi rata-rata perhari 140 ribu tabung.

“Ada indikasi penjualan di tingkat pengecer biasanya mengambil dari pangkalan Rp14.500 dijual oleh pengecer Rp17 ribu sampai Rp19 ribu, tolong kalau ada yang jual diatas Rp18 ribu laporkan ke kami paling yang jual diatas itu belinya di pengecer lagi,” katanya.

Saat ini pihaknya sudah melakukan pengawasan ke sejumlah pangkalan yang dimiliki oleh Pertamina dengan bekerjasama dengan kepolisian bahkan baru-baru ini pihaknya telah memutuskan PHU atau Pemutusan Hubungan Usaha dengan pangkalan yang nakal.

Ditambahkan oleh Asosiasi Hiswana Migas bahwa pihaknya juga telah melakukan operasi pasar di sejumlah titik area pasar wilayah Denpasar.

Pihak Pertamina sudah memetakan ada 65 titik yang menjadi lokasi distribusi yang semuanya berada di pasar tradisional. Pemilihan pasar tradisional karena diasumsi bahwa banyak masyarakat kecil pasar-pasar tersebut.

“Pendistribusian ribuan tabung LPG tersebut langsung ke tangan masyarakat. Mereka hanya perlu membayar pertabung Rp 14.500 dengan mendaftarkan KTP terlebih dahulu. Tujuannya agar tidak terjadi penimbunan atau membeli lebih dari 1 tabung karena masih banyak warga lain yang membutuhkannya. Pertitik, akan disalurkan 560 tabung selama 4 hari berturut-turut di 65 titik yanng ada di seluruh Bali. Artinya, selama 4 hari berturu-turut, sebanyak lebih dari 140 ribu tabung LPG 3 kilogram akan tersalur di Bali dengan harga pangkalan.

Soal harga ia mengaku tidak bisa menjelaskan lebih jauh karena akan berbeda-beda mulai distributor, agen dan pengecer. Namun kalau naiknya tidak wajar, maka Pertamina berhak untuk melakukan kontrol. Pertamina tidak bisa menentukan batas atas harga LPG 3 kilogram karena tergantung biaya pengiriman dan jarak tempuh.

Seperti diketahui, harga gas 12 kg dari tanggal 22 November 2014 harganya Rp112ribu dan per Maret 2015 sudah naik jadi Rp139.500.

“Kebutuhan LPG 3 kg dari 2014 ke 2015 naik sekitar 9 persen dan didominasi oleh RT, kita prediksi akan naik terus, seperti teori ekonomi masyarakat sekarang cenderung memilih yang murah padahal kita sudah kasih label bahwa LPG 3 kg khusus bagi masyarakat miskin,” tutupnya.SIA-MB