Kelompok Konservasi Segara Urip saat melepas Tukik

Jembrana (Metrobali.com)-

Pelepasan Tukik (anak Penyu) ke laut dengan orientasi bisnis dengan berkedok atraksi, sangat disayangkan. Bahkan konservasi berbasis bisnis itu dinilai dapat mencoreng citra kelompok konservasi yang murni mengedepankan konservasi Tukik.

Adalah I Gede Sudita, aktivis kelompok konservasi Segara Urip. Kelompok yang berdiri dua tahun lalu dan memiliki belasan relawan di pesisir Air Kuning, Delodberawah hingga Desa Penyaringan ini memilih langsung melepas tukik ke laut, ketimbang memelihara terlebih dahulu. “Begitu menetas langsung saya lepas ke laut” terangnya, Minggu (1/6).

Pihaknya sangat menyayangkan beberapa kelompok yang sengaja memelihara tukik lebih lama, namun sebenarnya menunggu investor saat akan melakukan pelepasan. “Ini yang perlu kita sadarkan dan edukasikan ke masyarakat. Setelah telur penyu menetas, langsung dilepaskan ke alam bebas, tidak perlu dipelihara lagi sampai berhari-hari menunggu tamu” ujarnya.

Menurutnya dengan dipelihara lebih lama justru bisa mengakibatkan banyak tukik mati lantaran lingkungan yang dirasa asing karena telat beradaptasi. Pihaknya juga menyoroti adanya transaksi jual beli telur, yang semestinya diserahkan secara sukarela. “Dengan iming-iming dapat pengganti telor, itu sama saja dengan berdagang. Yang perlu dibangkitkan adalah kesadaran masyarakat untuk melindungi penyu” tandasnya.

Menurutnya sejumlah organisasi non-profit perlindungan satwa liar dan hutan seperti ProFauna juga sangat menyayangkan hal itu. Pasalnya beberapa waktu lalu, sejumlah aktivis Profauna mengecam sejumlah hotel berbintang di Denpasar yang menyuguhkan release (pelepasan) tukik kepada wisatawan dengan memasang tarif berkedok untuk konservasi. 

Kepala Desa Air Kuning, Zamanhuri mengatakan transaksi jual beli telur dan penyu hidup di wilayahnya sejak beberapa tahun terkahir bisa dikatakan sudah tidak ada. “Kalau dulu sistemnya barter, telur atau penyu ditukar dengan cat untuk jukung dan uang, sekarang sudah tidak” ujarnya.

Sementara itu, Jumat (30/5) lalu kelompok konservasi Segara urip sempat melepaskan 60 ekor tukik baru menetas di pantai pantai Air Kuning. Pelapasan itu disaksikan warga setempat, Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) dan perangkat desa. Tukik-tukik yang dilepas itu merupakan hasil penetasan telur dari sarang di pantai Delodberawah yang ditemukan nelayan. MT-MB