Dhrama Santi Nyepi

Denpasar (Metrobali.com)-

Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan Majelis Desa Pakraman (MDP) semua tingkatan senantiasa menjaga soliditas sehingga dapat membawa masyarakat bangkit dengan terhormat menghadapi era globalisasi.

“PHDI dan MDP harus solid, jangan ada persaingan. Mari kita bersatu,” katanya saat menyampaikan sambutan pada acara Dharma Santi (ramah tamah) peringatan Hari Suci Nyepi Saka 1936 di Taman Budaya, Denpasar, Sabtu malam.

Menurut dia, di tengah era global, khususnya umat Hindu di Bali dihadapkan pada ekspansi nilai-nilai global. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan menurunnya penghayatan dan pengamalan nilai agama dan budaya Bali. “Sikap dan perilaku hidup individualis dan eksklusif pun tidak dapat dikesampingkan sehingga berpotensi melahirkan konflik horizontal sosial dalam berbagai bentuknya yang dapat menodai julukan Pulau Dewata,” ujarnya.

Oleh karena itu, ucap dia, keberadaan PHDI dan MDP merupakan benteng Agama Hindu serta adat dan budaya Bali dalam menghadapi derasnya ekspansi nilai-nilai global yang harus dijaga soliditasnya.

Di sisi lain, Pastika juga mengingatkan PHDI harus mampu menerapkan pola pembinaan yang konstekstual dan adaptif melalui pelaksanaan ajaran Agama Hindu yang aplikatif serta sederhana sehingga tidak membebani umat.

Demikian juga dengan MUDP tidak hanya berkewajiban memberikan masukan kepada pemerintah daerah, tetapi harus turut mengawal kebijakan pemerintah khususnya terkait dengan eksistensi pelestarian adat dan agama secara menyeluruh.

“Melalui peringatan dharma santi ini, sekaligus menjadi momentum bagi kita semua untuk turut menjaga eksistensi PHDI dan MDP melalui dukungan dan pemberian peran optimal dalam pelestarian agama dan budaya kita,” ujarnya.

Pastika juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Bali karena pelaksanaan Nyepi dan pemilu legislatif di Bali dapat berjalan dengan aman dan damai.

Sementara itu, Ketua PHDI Provinsi Bali I Gusti Ngurah Sudiana berpendapat pelaksanaan Nyepi pada 31 Maret lalu merupakan yang paling sempurna dalam beberapa tahun terakhir karena sama sekali tidak ada riak-riak meskipun berdekatan dengan pelaksanaan pemilu legislatif.

“Nyepi bahkan turut menjadi kekuatan dan spirit dalam pelaksanaan pemilu legislatif sehingga keduanya dapat berjalan dengan baik. Kami memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh krama (masyarakat) Bali yang telah melaksanakan kedua agenda penting itu dengan baik,” katanya sembari berharap pelaksanaan pemilu pada tahun-tahun berikutnya dapat berjalan lebih baik lagi.

Sedangkan Ketua Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali Jero Gede Suwena Putus Upadesha berpandangan Nyepi dan pileg yang telah berjalan aman sebagai wujud keberhasilan semua masyarakat Bali.

“Memang jika didasari rasa kebersamaan yang dilandasi dari hati dan pikiran, maka pelaksanaan kedua kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Kegiatan kali ini sekaligus merupakan sarana saling berdialog untuk membangun kebersamaan, saling mengingatkan dan memaafkan satu dengan yang lain,” ucapnya.

Pihaknya juga berpesan kepada seluruh bendesa desa pakraman (pimpinan desa adat) agar melakukan instrospeksi diri, menjaga keseimbangan hidup serta menerapkan filosofi “Tri Hita Karana” dengan sebaik-baiknya.

Pelaksanaan Dharma Santi Nyepi kali ini terasa istimewa karena sekaligus dirangkaikan dengan peringatan 10 abad lahirnya desa pakraman (desa adat) di Bali, 55 tahun berdirinya PHDI dan 10 tahun usia MUDP, serta 30 tahun lahirnya Lembaga Perkreditan Desa.

Pada kesempatan itu juga diserahkan secara simbolis bantuan sepeda motor dari Pemprov Bali masing-masing satu unit untuk 1.480 desa pakraman yang diterima oleh Ketua MUDP Bali.

Acara juga dihadiri Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Bali, SKPD dan pegawai Pemprov Bali, perwakilan desa pakraman, LPD dan pecalang se-Bali, para sulinggih (pendeta Hindu) dan perwakilan PHDI, anggota DPRD Bali, DPR RI dan sebagainya.