Masyarakat Sukawana  hadir dalam pujawali dan Nunas wasuhan Ida, berupa Tirta yang digunakan untuk membersihan lesung tersebut.
Desa Sukawana adalah salah satu desa kuno dengan Pura Pura yang sangat purba, salah satunya adalah Pura Tengayang, yang terletak di Bukit Panarajon.

Menurut penulis yang juga salah satu pengempon pura tersebut I Gde Sudibya, di Pura Tengayang ini, ada sebuah lesung yang sangat sakral dibuka oleh Peduluan Ulu Apad Desa Sukawana setahun sekali. Apabila lesung itu berisi air yang banyak maka menandakan Bumi Makmur, jika kering maka Gumi Melarat.

Ternyata setelah dibuka tahun ini, Lesung itu kering. Artinya jagat Bali saat ini dalam keadaan sekarat. Ini sebenarnya sebuah keanehan karena saat ini adalah musim penghujan, secara logika tidak mungkin kering.
Keberadaan air di lesung ini, jaman dulu juga dipakai ukuran untuk menentukan pajak oleh Raja ke rakyatnya. “Jika airnya banyak maka Raja dapat memungut Pajak yang lebih kepada rakyatnya, jika Lesung kering, maka Raja tidak akan memungut pajak pada rakyatnya,” kata Putra Tajun Buleleng itu.

Sebaliknya, jika raja dan masyarakat lupa dengan kewajiban, maka niscaya jagat akan terkena wabah, baik penyakit, maupun hama yang menyerang ladangnya, sehingga jagat menjadi sekarat.

Untuk itu lah Kamis (28/1) kemarin masyarakat Sukawana yang hadir dalam pujawali itu, Nunas wasuhan Ida, berupa Tirta yang digunakan untuk membersihan lesung tersebut.

Memurut dia, satu lagi keunikan Pujawali ini, adalah apabila krenceng yang berupa sepasang batok kelapa yang terkatup ketika ditenggelamkan ke dalam lesung yang berisi air tidak mengapung, barulah pujawali dapat dilakukan, jika tidak maka harus diulang lagi menenggelamkan batok kelapa itu, ini bermakna ijin melakukan pujawali dilakukan ketika Ida Bathara Kayun dan semoga keadaan Jagat Bali kembali makmur.

Kisah cerita tentang Desa Sukawana, salah satu desa dalam peradaban Bali Mula, tidak akan habis-habisnya untuk diulas. Sumur tanpa dasar, merujuk karya teater Arifien C Noor, yang bermakna sumber pengetahuan yang tidak pernah habis untuk digali.

Sedangkan dramawan ini merujuk karya dramanya yang sempat populer: ” Sumur Tanpa Dasar”, mengambil inspirasi dari karya sastra Arjuna Wiwaha gubahan Mpu Sedah, Mpu Kanwa pada masa kepemimpinan  Prabu Erlangga di Tanah Jawa,  bagian episode Arjuna berhasil melewati tapa brata
Dan, menurut Sang Penggubah: Arjuna bertemu dengan Tuhan Ciwa. Karya sastra ini, menurut para sejarahwan dan juga para arkeolog, menginspirasi kepemimpinan raja Prabu Erlangga.
Kembali tentang cerita kisah Desa Sukawana, menurut Sudibya kita dapat diingatkan akan prasati tertua di Bali, Prasasti Sukawana,  Caka 740, yang diyakini sebagai petuah Rsi. Markandya pada pengikutnya, pada kedatangan kedua Sang Rsi ke Tanah Bali.
Prasasti Sukawana mencatat: ” Sakebda Sira Wani, Murthi Ganitha, Masa Tetta, Palguna.
Diterjemahkan secara bebas oleh seorang pertapa di Bukit Tegeh Penulisan, Desa Sukawana Jro Nengah Rinten: Kedatangan kita ke dunia ini adalah sebuah keutamaan dan kemulyaan, lakukan keutamaan dan kemulyaan ini, dalam ke seharian kehidupan.
Pertapa ini semasa hidupnya, mengabdikan hidupnya secara penuh untuk seluruh “kawasan hutan”  Sukawana, yang menurut pertapa ini nama asli desa ini Jogwana: hutan yang dengan sendirinya ada, yang bermakna teologi: Tuhanlah penciptanya, sehingga secara etik dan moral kewajiban kita untuk merawat dan melestarikan hutan baca alam, sebagai wujud nyata dari sistem keyakinan kita pada Tuhan.
Ungkapan: Tuhan, seru sekalian Alam, memberikan penggambaran terhadap makna teologi yang dimaksud. Desa Sukawana sekarang melingkupi Kuta Dalem ( kotanya Dalem ), pusat pemerintahan Raja Besar Bali di masa-masa awal: Cri Aji Jayapangus  yang warisannya ( legacy ): kepeminpinan, ethos kerja, sistem kehidupan ( ala-ayuning dewasa ), simbol upakara dan pemaknaannya, minat terhadap ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan lainnya, menjadi ” musium hidup ” dalam sistem prilaku , code of conduct pada sejumlah desa apanaga, desa Bali awal.
Menyebut beberapa diantaranya: Desa Gebog Domas 800 KK, penyungsung Pura Pucak Tegeh Penulisan:  Sukawana, Kintamani, Bantang/Campetan, Selulung/Gunung Sari. Desa yang nyungsung Bale Agung Cenigaan.
11 Desa penyungsung Pura Pucak Sinunggal, yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Kubutambahan dan Kecamatan Tejakula.
Editor : Nyoman Sutiawan