Walikota Denpasar saat melakukan dialog interaktif tentang kreativitas dengan pelajar SMAWalikota_dalam sebuah kegiatan dengan para pelajar

 Denpasar (Metrobali.com)-

Pemerintah Kota Denpasar berencana menyertakan duta-duta kreatifnya di bidang film dokumenter di kancah internasional, yakni dalam lomba film dokumenter tentang kota pusaka yang diselenggarakan oleh  The Organization of World Heritage City (OWHC).  Untuk itu Pemerintah Kota Denpasar kini tengah menyaring bibit terbaik melalui Lomba Film Dokumenter untuk pelajar SMP dan SMA (sederajat) se-Kota Denpasar yang digelar Bagian Kerja Sama Pemerintah Kota Denpasar sejak April hingga September 2014.

Karena dipandang strategis, Lomba Film Dokumenter ini mendapat perhatian dan arahan khusus dari Walikota Denpasar, Rai Dharmawijaya Mantra.  Kepada Panitia Pelaksana yakni Yayasan Bali Gumanti, Walikota wanti-wanti menyampaikan bahwa penyaringan harus mengombinasikan  aktivitas pembinaan, kompetisi, serta penggalangan komunitas kreatif.  Sehingga, demikian Walikota,  Pemerintah Kota tidak hanya sekadar mencari materi jadi, tetapi membinanya sejak masih berupa benih.

“Seperti itulah semestinya bibit-bibit  kreatif ditemukan dan dibesarkan,” wejang Walikota saat memberi arahan kepada pelaksana kegiatan yakni Yayasan Bali Gumanti yang diketuai oleh Agung Bawantara, Rabu (26/3).

Sejurus dengan itu, Walikota juga memaparkan bahwa setelah benih-benih kreatif tersebut mandiri, pembinaan terus dilanjutkan dengan perekrutan benih-benih yang baru. Begitu seterusnya secara berkesinambungan.

Menurut Walikota,  ada dua hal penting yang dapat diraih sekaligus dalam mengikuti lomba film dokumenter ini. Pertama,  semakin memperkenalkan Kota Denpasar di ajang Internasional dengan lebih efektif. Kedua, memacu gairah para remaja pecinta film di Kota Denpasar untuk berkarya dengan standar internasional.

“Inti dari kedua hal tersebut adalah fasilitasi untuk membangkitkan daya kreatif menuju kemajuan yang beridentitas,” papar Rai Mantra

Pusaka Budaya

Berdasar arahan Walikota itu  Panitia Pelaksana pun menyelenggarakan penyeleksian yang mengombinasikan kegiatan edukasi dan kegiatan kompetisi. Mula-mula calon peserta yang berasal dari seluruh SMP dan SMA di Kota Denpasar diwajibkan  mengirimkan sinopsis karya yang nantinya akan mereka jadikan film dokumenter. Sinopsis tersebut harus mengangkat tema Pusaka Budaya di Kota Denpasar semisal keberadaan tarian sakral, situs kuno, pasar tradisional, tekstil tradisional, kelompok tari tradisi, layangan, dan lain sebagainya.

“Semua sinopsis yang masuk dinilai oleh tim kurator dan berdasarkan penilaian tersebut, peserta yang dianggap layak akan mendapat pelatihan Produksi Film Dokumenter yang akan diselenggarakan pada 11-13 April 2014,” papar Agung Bawantara, sang Ketua Panitia.

Agung juga menerangkan bahwa agar para remaja Denpasar mendapat wawasan yang baik mengenai produksi film dokumenter panitia mendatangkan instruktur yang mumpuni di bidangnya. Mereka adalah Faozan Rizal dan AS Laksana. Faozan Rizal  adalah Sutradara Film “Habibie-Ainun”, sedangkan  AS Laksana adalah Penulis Buku Fiksi Terbaik Indonesia 2014 versi Majalah “Tempo”.

Menurut Agung, setelah mendapat pelatihan,  selanjutnya para peserta diwajibkan untuk memproduksi sinopsis mereka masing-masing menjadi sebuah film dokumenter pendek berdurasi 2-5 menit. Karya itu akan dinilai oleh Dewan Juri dan dari setiap kategori akan dipilih tiga pemenang. Juara pertama pada masing-masing kategori akan mewakili Kota Denpasar dalam Lomba Film Dokumenter Internasional yang diselenggarakan OWHC  pada awal tahun 2015.

Mengenai OWHC, lembaga ini didirikan pada tanggal 8 September 1993 di Fez, Maroko. Organisasi ini merangkum  250 kota yang di wilayahnya terdapat situs budaya maupun bentang alam  yang tercantum dalam daftar Warisan Dunia UNESCO.  Di Indonesia baru dua kota yang terdaftar sebagai anggota OWHC,  Surakarta dan Denpasar. RED-MB