dewi setyowati (2)
Denpasar (Metrobali.com)-

Diperkirakan di tahun 2016 mendatang ekonomi Bali akan tumbuh di kisaran 6,53 persen +/- 0,5 persen (yoy). Kuatnya pertumbuhan ini di dorong oleh perkiraan kuatnya konsumsi, membaiknya iklim investasi, serta membaiknya kinerja ekspor. “Penguatan konsumsi seiring dengan membaiknya ekpetasi konsumen di tahun 2016 dan peningkatan APBD provinsi dan kabupaten/kota 2016 melalui komitmen pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang dapat mendorong perkembangan perekonomian”, ujar Dewi Setyowati, Kepala KpW Bali dalam acara “Sinergi Untuk Percepatan Transformasi” yang diadakan di gedung BI Jalan Letda Tantular Denpasar, Jum’at (27/11).

Sejalan dengan itu, investasi pada tahun 2016 diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan adanya peningkatan ekspor dari Bali yang menunjukkan optimisme pasar berdasarkan survei yang dilakukan Liaison.

“Sinergitas pemerintah daerah dengan stakeholder lainnya menjadi poin penting dalam memacu perekonomian Bali”, ucap Dewi. Rupanya apa yang disampaikn Dewi bukan tanpa dasar, pasalnya pertumbuhan ekonomi 2016 pada RPJMD berada pada kisaran 6,83 persen – 7,56 persen yang artinya pertumbuhan tersebut masih dibawah target pertumbuhan ekonomi masih dan untuk mencapai RPJMD mesti ada sinergitas antar stakeholder.

Lantas ia menandaskan, diperkirakan inflsi Bali tahun 2016 berada pada kisaran 4 +/- 1 persen (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan target nasional yang mencapai 5,3 – 5,9 persen (yoy).

Peluang Bali di sektor pariwisata masih terbuka lebar yang diperkirakan akan tumbuh 4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan sektor keuangan, transportasi, dan manufaktur. “Apalagi pemerintah telah menetapkan 90 negara bebas visa kunjungan wisatawan ke Indonesia dan rencananya menjadi 110 negara akhir 2015 tentu ini akan jadi peluang Bali yang mengandalkan industri pariwisata”, jelasnya.

Namun demikian lanjutnya, upaya berkelanjutan perlu dilakukan, karena masih banyak aspek yang perlu ditingkatkan. Upaya yang dimaksud Dewi yaitu identifikasi prioritas pembangunan pariwisata dengan tepat. Seperti upaya berkelanjutan peningkatan infrastruktur, kalibrasi insentif fiskal, peningkatan promosi internasional, dan law enforcement peraturan pemerintah terkait pembangunan pariwisata yang lebih ramah lingkungan serta beberapa hal lagi yang mesti jadi perhatian.

Disamping sektor jasa pariwisata, ekspor barang dari Bali juga salah satu yang mendominasi dengan share yang cukup tinggi mencapai 38,12 persen. Seperti yang dijelaskan Dewi, hasil kerajinan yang bernilai seni budaya rupanya masih banyak peminatnya, namun untuk lebih meningkatkan nilai ekspor kerajinan perlu adanya diversifikasi pasar ekspor dan diversifikasi produk. Namun demikian, akibat adanya pengaruh perkembangan ekonomi global terakhir berdampak berkurangnya permintaan akan produk atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -18,18 persen (yoy) di triwluan III 2015.

Ia pun menandaskan, Bank Indonesia selama ini sangat mengapresiasi langkah yang diambil Pemerintah Daerah Bali yang telah mengambil langkah langkah strategis dalam mendorong perekonomian daerah. “Pembangunan infrastruktur perhubungan seperti shortcut di jalur strategis jalur distribusi barang di Bali, perbaikan irigasi, pembangunan waduk, serta pembangunan pelabuhan akan menjadi stimulan pemerataan pembangunan ekonomi Bali”, tukasnya.

Menurutnya, program Bali Mandara yang mencakup Simantri dan Gerbang Sadu, telah berhasil memperbaiki kesejahteraan masyarakat Bali sebagaimana tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan dari 4,76 persen di September 2014 menjadi 4,74 persen di Maret 2015, serta penurunan gini Ratio dari 0,44 September 2014 menjadi 0,37 di Maret 2015.

“Kami meyakini program yang telah dilakukan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di wilayah pedesaan akan terus berlanjut, hingga harapan kami stimulus fiskal daerah dapat terus ditingkatkan”, pungkasnya. AW-MB