Foto: Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Bali Nengah Yasa Adi Susanto.

Denpasar (Metrobali.com)-

Elemen masyarakat Bali terus bersuara agar pembukaan pariwisata Bali dengan penerbangan langsung ke Bali dan pelonggaran kebijakan karantina bisa direalisasikan. Sebab Bali sudah sangat menderita dengan sepinya pariwisata akibat pandemi Covid-19.

Di sisi lain berbagai agenda G20 yang dijadwalkan di Bali sempat memberikan angin segar bagi bangkitnya pariwisata dan perekonomian Bali. Namun ada kekhawatiran kembali ada pemindahan agenda G20 dari Bali ke Jakarta seperti yang sempat menjadi sorotan beberapa hari lalu terkait dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membatalkan salah satu acara rangkaian kegiatan G20 jalur keuangan (finance track) di Bali dan dipindahkan ke Jakarta.

Terkait berbagai kondisi tersebut, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Bali Nengah Yasa Adi Susanto berharap Bali jangan sampai terus mendapatkan pepesan kosong dari pemerintah pusat. PSI Bali lantas berharap Gubernur Bali Wayan Koster dapat totalitas memperjuangkan kepentingan masyarakat Bali ke pusat.

“Harapan saya kembali lagi Pak Koster jangan begitu saya mengiyakan saja apa yang diputuskan pusat. Harusnya fight demi kepentingan Bali. Kasihan masyarakat Bali, berpikirlah untuk kehidupan masyarakat Bali, jangan hanya berpikir tentang karir politik sendiri. Kalau tidak begitu kita terus diberikan pepesan kosong oleh pusat,” kata Adi Susanto, Senin (31/1/2022).

Politisi PSI asal Desa Bugbug, Kabupaten Karangasem ini berharap Gubernur Bali harus lebih menggencarkan lobi-lobi politik ke pusat untuk memperjuangkan dan mengamankan kepentingan Bali yang lebih besar. “Pak Koster lobi-lobi politiknya harus lebih diintensifkan, apalagi beliau orang berpengalaman empat kali jadi Anggota DPR RI, pimpinan partai terbesar dan partai penguasa (Ketua DPD PDI Perjuangan Bali) dan sekarang jadi Gubernur. Untuk jalur pusat, beliau tidak lagi disanksikan,” ujar Adi Susanto.

“Sekarang pertanyaannya apakah beliau mau melakukan itu demi Bali?  Ataukah dalam tanda kutip ada kesan ewuh pakewuh dengan pusat?  Sekarang kan mestinya bicara untuk Bali dulu, bukan untuk diri sendiri. Kalau untuk diri sendiri mungkin ketakutan karir politik karena berani melawan pusat, tidak akan diberikan tiket rekomendasi (maju Pilgub Bali 2024) oleh Buk Mega (Ketua Umum PDI Perjuangan),” sambung politisi yang juga seorang advokat ini.

Ia berharap kepentingan masyarakat Bali harus lebih diprioritaskan ketimbang mencari aman untuk ambisi politik pribadi. Masyarakat Bali butuh pariwisata kembali dibuka agar perekonomian Bali bangkit. “Kini dengan agenda G20 di Bali harusnya bisa mendongkrak perekonomian Bali karena kasihan sekali, terakhir beberapa hotel mem-PHK karyawan, hotel banyak dijual. Kita tidak bisa menyalahkan pihak hotel karena hotel butuh biaya operasional yang cukup besar, apalagi hotel berbintang,” sebut Adi Susanto.

Karenanya diharapkan pula harus ada jaminan tidak ada lagi agenda G20 yang sudah diagendakan di Bali malah kembali dipindah seperti yang terjadi dengan rangkaian kegiatan G20 jalur keuangan (finance track) yakni agenda penyelenggaraan 2nd FCBD dan 1st FMCBG yang rencananya diadakan 15-18 Februari 2022 di Nusa Dua, Bali malah dibatalkan dan dipindah ke Jakarta dengan alasan varian Omicron yang berkembang pesat di Tanah Air.

“Saya rasa ini semua ada kaitan dengan politik. Pak Koster pimpinan partai politik penguasa terbesar di Indonesia, harusnya dengan kemampuan lobi-lobi politik, semua bisa dilakukan demi kepentingan masyarakat Bali karena selama ini Bali menyumbang devisa yang cukup besar dalam pariwisata,” singgungnya.

Adi Susanto menegaskan sekarang saatnya pusat turun tangan membantu perekonomian Bali. Kalau Lombok sudah dibantu dengan adanya Sirkuit Mandalika, sekarang Bali dibantu dengan apa?  “Kasihan Bali, kita kan tergantung pada pariwisata dan sekarang pariwisata seperti ini, harusnya pusat lebih fokus membantu Bali. Jangan seolah-olah habis manis sepah dibuang,” pungkasnya. (wid)