Bangli, (Metrobali.com)-

Bali memiliki peninggalan yoga asli Bali dan daya dukung kawasan suci. Karena itu, Bali berpotensi menjadi destinasi yoga, untuk wisatawan yoga dari seluruh dunia. Demikian Dosen Pariwisata Spiritual dan Agama Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Dr. I Gede Sutarya, SST.Par.,M.Ag pada the 2nd International Conference of Hindu Studies (ICOHIS) di Aula Kampus UHN Sugriwa Bangli, Minggu (5/11).

Dosen ini berbicara tentang pariwisata yoga bersama pembicara lainnya yaitu Dr. Chirapat Prapanvidya dari Thailand, Meghan B.Pappenhiem, dan Shri Naveen Meghwal. Seminar ini dibuka Dirjen Bimmas Hindu Kementrian Agama RI, Prof.Dr. I Nengah Duija. Sambutan juga diberikan Rektor UHN Sugriwa, Prof.Dr. I Gusti Ngurah Sudiana dan Wakil Bupati Bangli, I Wayan Diar, SST.Par.

Sutarya menjelaskan, berdasarkan penelitian yang dilakukannya tentang pariwisata yoga dengan beberapa kasus di Ubud dan Sidemen, pelaku pariwisata yoga mengembangkan keaslian yoga Bali melalui kombinasi dengan ritual. Kombinasi ini dilakukan I Ketut Arsana di Ubud. Arsana adalah pemilik Ashram Munivara dan Hotel OmHamRetreat yang khusus mengembangkan yoga retreat. Guru yoga ini mengembangkan kombinasi yoga ini sebagai Kundalini Tantra Yoga. “Setiap lima hari sekali, tepatnya tiap kliwon, ia melakukan ritual khusus untuk membangkitkan kundalini,”ujarnya.

Dikatakan, Guru Made Sumantra juga mengembangkan kombinasi yoga dengan kawasan suci Ubud. Sumantra memanfaatkan Pura Payogan di Ubud sebagai pembangun spirit yoga, sebab berdasarkan kepercayaannya, guru yoga pertama di Bali adalah Rsi Markendya. Kombinasi ini mengembangkan keaslian yoga Bali yang merupakan kombinasi dengan lingkungan suci. Lingkungan suci memberikan spirit bagi pembangunan yoga. “Kombinasi dengan lingkungan suci ini membangun keaslian yoga di Bali,”ujarnya.

Dosen Pariwisata Spiritual dan Agama Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Dr. I Gede Sutarya, SST.Par.,M.Ag

Sutarya menambahkan, villa-villa di Sidemen juga mengembangkan tempat-tempat yoga dengan kombinasi lingkungan suci. Lingkungan suci Sidemen membantu pengembangan pusat-pusat yoga di wilayah itu. Lingkungan suci itu juga berisi pantangan-pantangan yang membangun spirit yoga. “Jadi hotel-hotel di Sidemen juga menggunakan lingkungan suci sebagai pembangun spirit yoga,”ujarnya.

Naveen Meghwal sepakat bahwa Bali perlu mengembangkan keaslian untuk menjadi destinasi yoga, sehingga Bali memiliki perbedaan dibandingkan yoga-yoga lainnya di dunia. Bali memiliki potensi tersebut sebab memiliki warisan tentang yoga. Warisan ini perlu dikembangkan untuk membangun yoga di Bali. “Itu harus dikembangkan sebagai keaslian Bali,”tegasnya.

Meghan juga menjelaskan, bahwa Ubud memiliki lokasi yang tepat untuk mengembangkan yoga, sehingga dia mendirikan pusat yoga yang bernama Yoga Barn di Ubud. Dia juga mengembangkan Bali Spirit untuk menarik perhatian dunia tentang spirit Bali dalam pariwisata yoga. “Kita sudah mengembangkan yoga,”ujarnya.

Chirapat Prapanvidya menyatakan, yoga merupakan warisan Asia Tenggara. Candi-candi di Thailand mencatat banyak fose-fose yoga kuno. Raja Thailand yang beragama Hindu, Narendra merupakan seorang yogi yang mencapai moksha. Karena itu, dia diasosiasikan sebagai Shiwa itu sendiri. Masyarakat memujanya sebagai Shiwa. “Jadi siapapun yang berhasil dalam yoga mencapai keadaan Shiwa,”katanya.

Seminar internasional ini dihadiri 15 negara. Rektor Mahamakut Buddhist University mengutus wakilnya hadir pada seminar ini yaitu Dr. Thanakorn Chornsukh. Seminar berlangsung sehari dibagi menjadi sesi utama dan sesi pararel. Seluruh presentasi seminar ini diterbitkan dalam bentuk proceeding. (RED-MB)