Foto: Tokoh masyarakat Bali yang juga Tokoh Puri Anom Tabanan Anak Agung Ngurah Panji Astika.

Denpasar (Metrobali.com)-

Masyarakat Bali kini kembali harus gigit jari batalnya Bali sebagai tuan rumah World Beach Games 2023 yang pelaksanaannya tinggal sebulan lagi yang rencananya digelar pada 5-12 Agustus mendatang dan sudah di depan mata tapi kini malah berakhir tragis.

Banyak pernyataan muncul kepada sampai Bali batal lagi menjadi tuan rumah dalam event olahraga bertaraf internasional yang rencananya akan diikuti sekitar lebih dari 1.200 atlet dari lebih dari 200 negara di dunia ini.

Kegagalan tuan rumah ini merupakan kegagalan kedua Bali menjadi tuan rumah gelaran olahraga bertaraf internasional setelah sebelumnya Bali dan Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 yang dipiciu penolakan Gubernur Bali Wayan Koster terhadap Timnas Israel. Masyarakat Bali dan tokoh-tokoh Bali lantas menyampaikan kekecewaanya dengan batalnya World Beach Games 2023 di Pulau Dewata.

Seperti halnya disampaikan Tokoh masyarakat Bali yang juga Tokoh Puri Anom Tabanan Anak Agung Ngurah Panji Astika yang mengaku prihatin dan sangat kecewa dengan pembatalan multi event olahraga  pantai tersebut.

“Sebagai masyarakat Bali kita ikut prihatin dan ikut malu juga. Bagaimanapun komitmen itu harus dijaga. Ini komitmen negara lho. Ini tanggung jawab KOI yang mengatasnamakan negara, bukan perusahaan pribadi dan juga tanggung jawab Pemprov Bali dalam hal ini Bapak Gubernur karena kita sudah menyatakan siap sebagai tuan rumah,” ujar Panji Astika.

Tokoh Bali yang pernah maju sebagai Calon Bupati Tabanan pada Pilkada Tabanan 2020 ini menilai batalnya event olahraga dunia ini bakal menjadi preseden buruk dan stigma negatif bagi Bali karena dalam beberapa bulan ini sudah dua event olahraga besar batal digelar di Bali yakni Piala Dunia U-20 dan World Beach Games 2023 ini. Dirinya pun mencium kentalnya aroma kepentingan politik dalam batalnya event tersebut.

“Ini menjadi stigma negatif. Dua event batal karena urusan politik. Piala Dunia U20 batal karena Pak Gubernur Bali menolak Timnas Israel. Lalu kalau ANOC World Beach Games 2023 Pak Gubernur kan sudah membuat alibi di bulan April menyatakan mendukung tapi dukungannya itu seperti apa kalau akhirnya batal begini? Apakah ada unsur trade politik?,” ujarnya.

Dia pun mengaku tidak habis pikir dengan dalih tidak adanya dukungan anggaran pemerintah. Lalu yang menjadi pertanyaan publik juga yang tidak memberikan dukungan anggaran ini pemerintah pusat atau Pemprov Bali atas perintah Gubernur Koster.

“Kok bisa dibilang tidak ada anggaran? Kegiatan pemerintah kan sudah dianggarkan setahun sebelumnya. Dan ini satu bulan sebelum acara. Lalu kalau benar tidak ada anggarannya dari pemerintah ini yang mana tidak ada, pemerintah pusat atau pemerintah Bali? Ini masih gelap, saru gremeng. Jangan sampai ini bias, jadi masalah politik kemana-mana,” kata Panji Astika.

“Jangan-jangan Piala Dunia U-17 nanti batal lagi, alasannya anggaran lagi. Ini jadi stigma negatif dan sangat buruk untuk Bali dan Indonesia,” pungkas pria yang juga bakal caleg DPRD Bali dari Dapil Tabanan dari Partai Gerindra ini.

Sepertinya diberitakan, mundurnya Bali sebagai tuan rumah World Beach Games 2023 diumumkan oleh Association of National Olympic Committees (ANOC) lewat situs resmi mereka, Selasa (4/7/2023) malam WIB. ANOC adalah organisasi yang membawahi Komite Olimpiade dari 206 negara.

ANOC memastikan World Games 2023 batal digelar dampak dari mundurnya Bali jadi tuan rumah. Mereka menilai mustahil mencari negara tuan rumah baru dengan hanya berjarak satu bulan dari tanggal pelaksanaan ajang ini.

“Sangat mengejutkan dan sangat mengecewakan ANOC mengetahui bahwa Komite Olimpiade Indonesia (KOI) telah menarik diri dari komitmennya untuk menjadi tuan rumah ANOC World Beach Games dan ANOC General Assembly pada Agustus 2023,” bunyi pernyataan ANOC.

ANOC juga mengungkap alasan mundurnya Bali menjadi tuan rumah World Beach Games 2023. Komite Olimpiade Indonesia (KOI) mengambil keputusan Bali mundur dari tuan rumah karena masalah anggaran yang tidak turun dari pemerintah.

“KOI menyatakan keputusan itu diambil setelah anggaran tidak dikeluarkan oleh pemerintah dan tidak ada waktu lagi untuk menyelenggarakan ajang ini. ANOC sangat kecewa dengan tindakan KOI yang akan membuat atlet dari 100 NOC yang memenuhi syarat tidak dapat memenuhi ambisinya untuk berlaga di ajang ini,” ungkap ANOC. (dan)