kepala-dinas-bmp-ib-surya-suamba-didampingi-kabid-pengairan-aa-dalem-serta-kabag-humas-dan-protokol-aa-gede-raka-yuda
Kepala Dinas BMP IB Surya Suamba didampingi Kabid Pengairan AA Dalem serta Kabag Humas dan Protokol AA Gede Raka Yuda
Mangupura (Metrobali.com)-
Keberpihakan Pemkab Badung terhadap sektor pertanian tak pernah surut. Selain memberi perhatian dari sektor hulu hingga hilir, Pemkab Badung melalui Dinas Bina Marga dan Pengairan (BMP) pun merancang terobosan atau inovasi untuk proyek-proyek irigasi. Apa itu?
Kepada sejumlah wartawan media cetak dan elektronik, Senin (28/11), Kepala Dinas BMP IB Surya Suamba didampingi Kabid Pengairan AA Dalem serta Kabag Humas dan Protokol AA Gede Raka Yuda mengungkapkan, pihaknya melaksanakan terobosan dengan metode precast atau beton pracetak di proyek-proyek irigasi. Selain prosesnya lebih cepat, usia proyek pun bisa mencapai 50 tahun. “Usia proyek yang menggunakan metode precastcukup lama, mencapai 50 tahun,” ujar Surya Suamba.
Keunggulan lainnya, ujarnya, proyek dengan metodeprecast bisa seragam. Selain berfungsi maksimal karena air lancar, proyek ini pun akan menjadi pemandangan yang sangat menawan.
Keunggulan lainnya, tegasnya, dari segi kualitas. Proyek irigasi dengan menggunakan precast sangat berkualitas. Proyek ini akan susah dirongrong kepiting maupun hewan yang hidup di air.
Jika secara konvensional, katanya, pengerjaan proyek akan memakan waktu yang cukup lama. Ini karena pelaksana proyek harus membawa material seperti batu, pasir, semen, besi dan sebagainya ke areal proyek. “Karena ada di tengah sawah atau di tegalan, material ini dipastikan akan menjadi penghambat,” katanya.
Karena membutuhkan waktu yang lama, katanya, proyek dipastikan akan mematikan profesi petani. Selama proyek berlangsung, petani tidak akan bisa melakukan budi daya di areal persawahannya.
Selain itu, proyek irigasi konvensional rawan jebol. Selain karena rongrongan air, proyek juga bisa jebol karena rongrongan hewan air seperti kepiting dan kura-kura.
Bagaimana dari segi biaya? Apakah metode precastlebih mahal dibandingkan dengan proyek konvensional? Menjawab hal ini, Kabid Pengairan AA Dalem tak memungkiri proyek dengan metode precastlebih mahal dibandingkan dengan proyek konvesional.
Dia merinci, proyek konvensional dengan pemasangan batu kali 50 cm kali 1 meter menghabiskan dana sekitar Rp 1,2 juta, sementara dengan precast menghabiskan dana Rp 1,6 juta. “Ada selisih Rp 400.000 per meter jalan,” katanya.
Walau lebih mahal, jika dibandingkan dengan kualitas yang diperoleh, dipastikan proyek jauh lebih murah. “Proyek dengan precast dipastikan bisa berumur 50 tahun, sementara proyek konvensional umurnya tak jelas, tergantung ancamannya,” katanya sembari menambahkan jenis precast ada dua yakni L shapeuntuk saluran irigasi dan ellipscave untuk konstruksi terowongan.
Pada kesempatan itu, Dalem juga merinci panjang irigasi di Badung mencapai 600.000 kilometer. Irigasi yang dibangun dengan metode precast baru mencapai 10,4 kilometer. “Namun sekitar 95 persen proyek irigasi di Badung masuk dalam kategori mantap,” katanya. RED-MB