Denpasar (Metrobali.com) –

Seorang Brand Activist sejatinya memiliki sebuah tanggung jawab sosial untuk mengembangkan dan memajukan nilai tambah sebuah produk (brand), pemerintah Indonesia mempunyai keinginan kuat untuk memajukan ‘local brand’ sebab bisa dipastikan dengan bergeraknya brand lokal yang kebanyakan diisi oleh pelaku UKM maka disitulah perekonomian nasional akan bertumbuh pesat.

Hal itu diungkapkan oleh Arto Biantoro @artobiantoro CEO Gambaran Brand Indonesia @gambaranbrandindonesia saat Live Instagram @toyadevasya dengan host Putu Astiti Saraswati @putume dengan tema Live Go On, Balancing Live at Home, Kamis (7/5/2020).

@artobiantoro dengan lugas memaparkan seluk beluk apa dan bagaimana sebuah brand harus memiliki kekuatan identitas (brand image) seperti apa yang sudah dimiliki oleh @toyadevasya.

Seorang Aktivis Brand Lokal yang secara konsisten melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan dan pengembangan brand-brand lokal di tanah air sejak 2006.

Kiprahnya di dunia brand dan branding di mulai ketika ia bekerja sebagai internal di beberapa perusahaan iklan di Amerika pada awal tahun 1998.

Setahun kemudian, setelah menyelesaikan pendidikannya di bidang Sistem Informatika dari California State University of Fresno dan Desain Periklanan dari Academy of Art, San Francisco, @arto memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan berkarya di tanah air.

Memulai karirnya sebagai konsultan brand, mengerjakan lebih dari 80 project brand sebelum mengembangkan diri ke area yang lebih luas. Menulis buku, membuat TV dan radio program, menjadi mentor dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan pengembangan brand lokal di area branding, kewirausahaan, kreativitas dan startup.

Menurutnya, Tanggung jawab besar seorang Brand Activist antara lain juga menumbuhkan ‘awareness’ dari sebuah produk, mempromosikan dan mengangkat brand tersebut di pasar, lalu mengkonektivitaskan serta mempertemukan inisiatif kerjasama dengan berbagai instansi dan goverment, kemudian mendampingi brand lokal tersebut agar sesuai dengan harapan yang diinginkan, yang terakhir adalah bagaimana brand tersebut bisa tumbuh lebih besar (growing) agar bisa mempertemukan dengan investor (pemilik modal).

Bagaimana membuat suatu brand supaya lebih cepat dikenal pasar? Hal itu dilontarkan oleh @maryati909, Owner Coco Group yang ikut ‘tune-in’ dalam diskusi tersebut.

Sebaiknya kita memperkokoh dahulu suatu brand sebelum mengkomunikasikan (fase pondasi), hal ini sangatlah strategis sebab yang kebanyakan terjadi adalah orang sedemikian terlalu cepat mengeksekusinya sebelum brand yang dimiliki kokoh pondasinya.

Berbeda halnya dengan COCO Mart yang terus memperkuat dahulu brand positition-nya di pasar lokal (Bali) sambil menunggu saat yang benar-benar tepat untuk melakukan IPO (initial public offering).

@artobiantoro memiliki pengalaman panjang dengan beberapa multinasional company seperti Coca-cola, Unilever dan lewat @gambaranbrandindonesia telah menginisiasi IBAN adalah jaringan independen para pengiat brand lokal yang berasal dari 32 kota, di Indonesia yang diinisasikan oleh Gambaranbrand, memiliki fungsi untuk mengembangkan dan mendukung perkembangkan brand lokal di daerah masing masing.

Di Indonesia setiap tahun bertumbuh sekitar 120 ribu brand baru yang memiliki segmentasinya sendiri-sendiri, Tapi apakah jika brand-brand kemudian cukup puas dengan hasil yang diperolehnya? tentu seharusnya tidak, sebab brand besar seperti google dan Apple saja secara terus menerus mempertajam inovasinya dalam upaya meraih pasar.

 

Pewarta : Hidayat
Editor : Whraspati Radha