Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Kementerian Pertahanan RI, Mayjend. TNI Hartind Asrin.SIA
Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Kementerian Pertahanan RI, Mayjend. TNI Hartind Asrin/SIA
Kuta, (Metrobali.com)-
Untuk mengantisipasi serangan siber yang terus meningkat Indonesia butuh menyiapkan setidaknya 10 ribu tenaga ahli di bidang keamanan siber.
“Tidak bisa ditunda lagi, kita segera menuju ke sana. Keamanan siber adalah prioritas ketiga dalam upaya bela negara setelah ancaman radikalisme plus terorisme dan narkoba”, kata Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Kementerian Pertahanan RI, Mayjend. TNI Hartind Asrin, di acara kompetisi Hacker nasional Cyber Jawara di Kuta, Selasa (27/9).
Menurut Hartind Asrin, mewujudkan 10 ribu tenaga ahli keamanan siber sangat mungkin dicapai dengan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada.
“Kompetisi Hacker nasional Cyber jawara adalah salah satu cara untuk menemukan potensi-potensi yang dimiliki generasi muda Indonesia. Kami sendiri di kemenhan juga fokus menyiapkan tim yang fokus menghadapi ancaman siber,” ungkap Hartind Asrin.
Menurut perkiraan para pakar di dunia, setidaknya dibutuhkan satu juta ahli di bidang keamanan siber untuk menghadapi serangan dan tindakan kejahatan di dunia maya.
“Di Indonesia sendiri mungkin jumlahnya baru ratusan atau paling optimis sekitar seribu-an lah mereka yang telah memiliki sertifikasi internasional di keamanan siber. Masih perlu banyak upaya edukasi dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia kita”, kata Dr Rudi Lumanto Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) atau Tim Monitoring ancaman Serangan Siber.
Sementara itu terkait lomba Lomba Hacker tingkat nasional yang populer dengan nama Cyber Jawara ini telah berlangsung 6 tahun. Sejak tiga tahun terakhir penyelenggaraannya selalu bersamaman dengan even seminar dan workshop internasional terkait keamanan siber Code Bali.
Dalam ajang kompetisi Cyber Jawara, tiap tim yang terdiri dari tiga orang harus bisa menunjukkan kemahiran menemukan celah (capture the flag), melakukan uji penetrasi, melakukan pertahanan jaringan dan analisa forensik digital serta membuat pelaporannya secara rinci dan mudah dibaca para pengambil kebijakan.
Pemenang Cyber jawara akan dikirim ke Bangkok Thailand untuk mengikuti lomba di tingkat ASEAN.
“Meski belum pernah lolos di tingkat ASEAN, kami optimis tahun ini bisa menembus tingkat Asia dan dunia. Memang butuh jam terbang untuk terus berlatih memecahkan sebanyak-banyaknya kasus”, kata Rudi Lumanto.
Tim yang menang rencananya juga melanjutkan bertarung di Bangkok untuk level ASEAN. Jika tim itu berhasil di level ASEAN, mereka akan dikirim untuk berlomba ke level Asia di Tokyo lalu level dunia di Las Vegas Amerika Serikat.
Tahun ini, ajang final Cyber Jawara dikuti oleh 20 tim yang telah lolos mengikuti uji via online dari hampir semua provinsi se-nusantara.
Even CodeBali 2017 berlangsung dari Selasa hingga Jumat 26-29 September 2017 juga menyelenggarakan sejumlah Workshop seperti Forensik digital, analisa Malware, Creating managing CSIRT dan uji penetrasi Internet of Everything (IOT).SIA-MB