Amitaba
Made Arya Amitaba
Denpasar (Metrobali.com)-
Suksesi Kepala Daerah Gubernur Bali akan dihelat tahun 2018. Saat ini, figur-figur yang akan memimpin Bali sebagai pengganti  Made Mangku Pastika, sudah mulai bermunculan ke permukaan. Ada yang sudah pasang badan, namun tak sedikit pula yang masih malu-malu tampil untuk menyatakan diri ikut mencalonkan diri.
Terlepas dari sosok dan figur Gubernur Bali, masyarakat Bali sejatinya sudah melek terhadap politik. Rakyat Bali sudah cerdas untuk memilih pemimpinnya, namun sejatinya seperti apa sosok yang tepat untuk bisa duduk di kursi Bali 1 dan 2?. Bali tersohor karena pariwisatanya, pariwisata budaya. Karena sektor ini, perekonomian Bali secara umum berdenyut dan nadi kehidupan rakyat Bali berdetak seiring pertumbuhan pariwisata yang berimbas terhadap gaya hidup masyarakat Bali yang religius.
Seorang ekonom Bali, Made Arya Amitaba, kepada Metrobali.com, Sabtu (1/7) mengungkapkan, masyarakat Bali jangan sampai salah memilih pemimpin. Denyut jantung rakyat Bali yang religius oleh tatanan adat, agama, tradisi, seni dan budaya, satu sama lainnya sangat terikat dan tak bisa dipisahkan begitu saja. Nafas krama Hindu Bali yang hampir setiap hari, di seluruh jengkal tanah Bali, selalu bersentuhan dengan aktivitas adat, keagamaan dan budaya, patut dijaga dan dilestarikan.
“Pemimpin Bali, Gubernur Bali, nantinya harus mampu menjaga taksu Bali, ditengah gemerlapnya pariwisata yang disadari atau tidak, telah menggerus gaya hidup krama Hindu Bali saat ini”, ungkap Amitaba yang juga Dirut BPR Kanti ini.
Lebih lanjut Amitaba mengatakan, situasi dan kondisi Bali saat ini, diakuinya telah dihadapkan dengan beragam persoalan sosial kemasyarakatan, sebagai imbas dari Bali sebagai destinasi wisata domestik dan internasional. Karena itu, Amitaba berharap, Bali akan dipimpin oleh figur yang mampu menjaga Bali, menjaga pariwisatanya, karena sektor inilah yang menjadi andalan pendapatan daerah saat ini.
“Bali terkenal karena pariwisata budayanya, karena itu, Gubernur Bali nanti harus yang mampu mengelola pariwisata Bali yang berbudaya, tanpa harus menghilangkan jati diri masyarakat Hindu yang sesuai adat, agama, tradisi, seni dan budaya Hindu”, jelasnya.
Pemimpin Bali menurut Amitaba, juga harus mampu menyediakan lapangan kerja bagi rakyat Bali, menyediakan biaya kesehatan dan pendidikan yang terjangkau, dengan membuat kebijakan-kebijakan yang memang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat Bali.
“Bali memiliki sumber daya manusia yang handal, dan sebagai daerah pariwisata, peluang untuk tenaga kerja Bali juga terbuka lebar. Jangan sampai kemajuan pariwisata, justru meminggirkan masyarakat Bali”, pungkasnya. ARI-MB