Foto: Ratusan pengemudi taksi online GoCar menggelar demonstrasi yang akhirnya berlangsung ricuh di Semarang, Rabu 7 Agustus 2019. (ist)

Semarang (Metrobali.com)-

Aksi demonstrasi ratusan pengemudi taksi online GoCar yang berlangsung ricuh di Semarang, pada Rabu 7 Agustus 2019 dinilai melukai hubungan kemitraan yang dengan perusahaan penyedia layanan transportasi berbasis aplikasi tersebut.

VP Corporate Affairs Gojek, Michael Say mengatakan aksi yang dilakukan oleh beberapa oknum driver online ini tidak sesuai dengan prinsip kemitraan Gojek. Ia menilai sikap yang dilakaukan beberapa oknum tersebut telah melukai hubungan baik yang sudah dibangun selama bermitra.

Selain itu, Michael berkomentar bahwa selama ini Gojek selalu menanggapi aspirasi mitra driver yang masuk. Masukan-masukan tersebut dinilai Michael dapat menjadikan Gojek sebagai layanan transportasi online yang lebih baik. Hanya saja, Michael sangat menyayangkan tindakan anarkis yang dilakukan oleh beberapa oknum di depan Kantor Gojek Semarang.

“Dalam aksi sebelumnya pun, secara intensif kami melakukan komunikasi, demo tidak perlu dilakukan apalagi hingga mengganggu ketertiban umum. Kami selalu terbuka terhadap aspirasi mitra dan telah memiliki wadah resmi yang kami lakukan secara berkala dengan mitra kami. Sehingga tanpa aksi/demo pun seluruh aspirasi mitra dapat disampaikan dan dapat kami realisasikan,” sebutnya dalam keterangan pers, Rabu (7/8/2019).

Pengamat ekonomi Ardito Bhinadi menilai, kedua belah pihak harus  menggunakan akal sehat yang ditempuh dengan komunikasi yang baik. Sehingga kemitraan kedua belah pihak dapat terjaga.

“Jadi gejolak itu wajar ketika apa yang selama ini dinikmati menjadi hilang. Hanya saja di dalam proses negosiasi untuk mencapai win win solution, kedua belah pihak harus sama-sama menggunakan akal sehat bisa ditempuh dengan komunikasi yang baik. Sehingga dapat tetap terjaga antara kepentingan kedua belah pihak. Tapi ketika kemudian salah satu atau bahkan kedua belah pihak melibatkan emosional yang tinggi atau cenderung tidak kondusif maka akan semakin jauh dari titik kesepakatan,” kata Ardito secara terpisah.

Menurut Ardito hak pendapatan driver itu sebenarnya sudah dirangkum dalam PM118, sedangkan terkait bonus atau insentif banyak variabel yang menentukan, dan sebetulnya merupakan hak dari aplikator itu sendiri.

Gojek menurutnya sudah baik dalam mengkomunikasikan hal ini, karena gojek memiliki wadah Kopdar sebagai sarana komunikasi 2 arah antara mitra dan Gojek. Namun Ardito menekankan selain sosialisasi terkait insentif, Gojek juga turut serta meberikan tips dan trik agar mitranya tetap mendapatkan pendapatan yang berkelanjutan.  Aplikator juga harus menekankan bahwa kebijakan pemerintah ini memiliki peluang pendapatan yang lebih besar.

“Jadi perlu dikomunikasikan lagi dengan baik sehingga bukan semata-mata bahwa ini oh sudah kebijakan pemerintah, sehingga ada perubahan yang memaksa kami mengadakan penggantian insentif ataupun bonus. Sosialisasikan bahwa ada perubahan strategi, kalau dulu kejar bonus dan insentif sekarang kejar pendapatan permanen,” ujarnya.

“Termasuk cara mengambil pesanan agar pendapatan tidak turun. Nggak lagi bergantung kepada bonus dan insentif yang besarannya tidak bisa kita lakukan di dalam kendali kita, tapi dalam kendali otoritas aplikator,” pungkasnya. (dan)