Di Bali, Ambak Kawal Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan
Sejumlah organisasi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Bali menggelar aksi damai dan teaterikal di lapangan Monumen Badjra Sandi Renon Denpasar, Minggu (15/4/2017) yang diprakarsai Aliansi Masyarakat Bali Anti Korupsi (Ambak) Bali.
Denpasar, (Metrobali.com)-
Kasus penyerangan terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan pada 12 April lalu merupakan ancaman bagi upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Menyikapi hal itu, sejumlah organisasi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Bali menggelar aksi damai dan teaterikal di lapangan Monumen Badjra Sandi Renon Denpasar, Minggu (15/4/2017) yang diprakarsai Aliansi Masyarakat Bali Anti Korupsi (Ambak) Bali.
Aksi damai digelar ditengah-tengah masyarakat Denpasar yang sedang menikmati car free day dikawasan lapangan Monumen Bajra Sandi, Renon.
Ketua AJI Denpasar Hari Puspita menjelaskan, bahwa aksi dilakukan atas kepedulian kepada KPK dan khususnya Penyidik KPK Novel Baswedan yang telah disiram air keras oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
“Bagaimanapun teror dengan cara primitif seperti itu untuk memberangus tindakan anti Korupsi tidak bisa dibenarkan, dan KPK adalah lembaga resmi jika ada upaya-upaya tindakan primitif pada KPK dibiarkan akan membuat citra buruk kedepannya dan kita tidak perlu takut untuk terus melawan,” ujarnya di sela orasi, Minggu (15/4/2017).
Pihaknya menilai, pasti ada orang besar dibalik teror pada Novel Baswedan. Sehingga menurutnya, kasus ini harus dikawal dan perlu tekanan agar Kepolisian tetap menjaga marwahnya untuk ikut membantu memerangi korupsi.
Ditambahkan, Koordinator aksi I Nyoman Mardika bahwa kasus penyiraman pada Novel Baswedan karena saat ini KPK lagi melakukan penyidikan pada mega korupsi E-KTP.
“Sekarang kita lihat kasus korupsi yang sangat jamak dilakukan oleh penyelenggara negara yang berkolaborasi dengan pengusaha dengan mega Korupsi E-KTP, dugaan kami semua teror terhadap KPK dan pegiat-pegiat anti Korupsi itu dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan kami menduga terkait oleh mega korupsi E-KTP yang sedang ditangani oleh KPK saat ini.” ujarnya.
Mardika mengatakan, aksi damai ini adalah bentuk solidaritas bersama aliansi masyrakat Bali anti Korupsi untuk mengajak publik Bali khususnya di Denpasar bersama-bersama untuk tetap konsisten melawan balik yang namanya koruptor.
“Baik itu ditingkat lokal dan secara menyeluruh di Indonesia dan tidak bisa kita biarkan dan terus-menerus kita akan mengamati apa yang dilakukan oleh Kepolisian akan proses penyedikan kasus teror pada Novel Baswedan dan kita berharap tidak ada proses rekayasa dan pengawasan publik ini sangat di perlukan sehingga nanti kita bisa melihat tertangkapnya aktor utama. Dan mudah-mudahan Kapolri dapat memuaskan hati publik untuk mengusut tuntas kasus teror ini,” tegasnya.
Aksi damai diisi dengan menggelar pembacaan sajak oleh Hartanto, seroang petani sekaligus Penggiat Budaya dengan membawakan sajak karya A. Mustofa Bisri (Gus Mus).
DI NEGERI AMPLOP
Di negeri amplop Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi rapi-rapi.
David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri. Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya.
Amplop-amplop di negeri amplop mengatur dengan teratur, hal-hal yang tak teratur menjadi teratur, hal-hal yang teratur menjadi tak teratur
Memutuskan putusan yang tak putus, membatalkan putusan yang sudah putus. Amplop-amplop menguasai penguasa dan mengendalikan orang-orang biasa
Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan
mencairkan dan membekukan, mengganjal dan melicinkan.
Orang bicara bisa bisu
Orang mendengar bisa tuli
Orang alim bisa napsu
Orang sakti bisa mati
Di negeri amplop, amplop-amplop mengamplopi
apa saja dan siapa saja.
SIA-MB
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.