Prof Dr Ir IGN Wiratmaja

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Prof Dr Ir IGN Wiratmaja, M.Sc
Denpasar (Metrobali.com)-

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Prof Dr Ir IGN Wiratmaja, M.Sc mengatakan Bali akan dijadikan sebagai daerah percontohan penggunaan energi terbarukan tingkat dunia. Oleh karena itu, seluruh hotel di Bali nantinya diwajibkan menggunakan bahan bakar gas. “Penggunaan energi bersih terbarukan yang ramah lingkungan sangat diperlukan di masa depan untuk mengantisipasi berbagai hal, salah satunya pemanasan global, termasuk hotel dan kantor perusahaan di Bali,” kata Wiratmaja dalam keterangannya di Denpasar, Jum’at (11/12).

Ia menjelaskan program tersebut akan dimulai pada akhir Januari 2016 mendatang, dimana Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Pesanggaran akan dipakai sebagai salah satu percontohan terkait kelistrikan di Pulau Dewata. “Pesanggaran selama ini menggunakan diesel dan akan dialihkan menggunakan gas berasal dari terminal gas alam cair (LNG) di Bontang, Kalimantan Timur,” jelasnya. Pihaknya juga telah menyiapkan gas 40 MM per hari atau setara dengan 200 MW, bahkan infrastrukturnya telah terpasang.

Mengenai izin dan kerja sama, kata dia, sudah selesai semua dan pemerintah daerah Bali sangat mendukung. “Ini juga untuk kemajuan Bali nantinya,” katanya sembari memaparkan, LNG dari Bontang dibawa ke Bali melalui Pelabuhan Benoa menggunakan kapal khusus. “Kapalnya sedang dalam pengerjaan proses akhir di Korea dan diperkirakan pada akhir Januari sudah dapat beroperasi,” imbuhnya seraya menambahkan LNG dari kapal khusus tersebut akan disalurkan melalui pipa gas menuju PLTG Pesanggaran yang sudah terpasang sejak beberapa waktu lalu.

Dikatakan, program unggulan energi terbarukan itu diklaim dapat menghemat penggunaan biaya bahan bakar hingga empat triliun setiap tahunnya untuk kebutuhan PLTG. “Selain itu, juga dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih karena tidak mengeluarkan polusi udara berlebihan sehingga sangat sesuai dengan konsep penggunaan energi masa depan,” ucapnya.

Bukan hanya itu saja, pihaknya berencana akan memperpanjang pipa LNG ke wilayah Kuta, Sanur dan Nusa Dua untuk penggunaan energi di sektor pariwisata. “Jadi, hotel-hotel yang sering memakai sumber listrik skala kecil berbahan solar akan dapat menghemat pengeluaran selain juga dapat membantu mengkampanyekan energi bersih terbarukan,” tandasnya. Namun demikian kebutuhan tambahan untuk wilayah Nusa Dua, Kuta, Sanur, dan terusannya akan butuh tambahan sekitar 15 MM per hari.

Mekanisme penyaluran gas menurutnya ada kapal namanya “Evesario” yang akan bersandar di Benoa, kemudian LNG akan disalurkan ke Pesanggaran, ini yang nantinya akan mampu menghemat emapat triliun per tahun, mengirit bahan bakar.

Ketika disinggung berapa nilai investasi yang dibutuhkan dalam membangun infrastruktur gas, Dirjen hanya berkata, itu bukan dalam kapasitasnya memberi keterangan. “Silahkan dikonfirmasi ke PT. Indonesia Power atau Pelindo Energi, bahkan Pertamina yang menyediakan”, tukasnya.

Pun ia menampik kekuatiran sebagian masyarakat yang beranggapan dengan adanya infrastruktur gas akan berbahaya bagi lingkungan apalagi menyangkut Bali sebagai daerah pariwisata. “Kita tidak membangun station di darat, justru penyaluran dari atas kapal yang ada di tengah laut, dan itu sudah ada standar internasional yang mesti dipenuhi, tidak mungkin kita gegabah”, pungkasnya.

Dirjen juga menjelaskan terkait dana infrastruktur gas seluruh Indonesia itu ada yang menggunakan dana APBN atau Non APBN. “Kalau yang pake APBN jelas dana itu turun pertahun, tahun ini kita punya anggaran sekitar tiga triliun, namun tahun depan justru turun jadi dua triliun”, tutup Dirjen.RED-MB