Ketua Indonesia Security Incident Response Team On Internet Infrastructure

Ketua Indonesia Security Incident Response Team On Internet Infrastructure/Coordination Centre (ID-SIRTII/CC) Rudi Lumanto, saat pembukaan International Cyber Security Conference and Exhebition di Kuta, Selasa (26/9). SIA

Kuta,  (Metrobali.com)-

Ancaman akses ke komputer seperti Malware menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Saat ini komputer yang terdeteksi aktivasi virus di Indonesia tahun 2016 sekitar 5 milyar padahal komputer jumlahnya tidak ada 5 milyar.

Hal ini disampaikan Ketua Indonesia Security Incident Response Team On Internet Infrastructure/Coordination Centre (ID-SIRTII/CC) Rudi Lumanto, saat pembukaan International Cyber Security Conference and Exhebition di Kuta, Selasa (26/9).

“Kegiatan akses malware itu 5 milyar, artinya 1 komputer banyak yang terinfeksi. Saat ini ada sekitar 5 milyar ancaman malware yang ada di Indonesia. Dan tahun lalu Malware merupakan ancaman siber terbesar di Indonesia, kalau 2017 belum ada jumlahnya,” ujarnya.

Program jahat itu tak hanya mengintai sistem operasi tapi juga data sebagai aset yang paling utama. Peringkat pertama ancaman siber Indonesia pada 2016 menurut ID-SIRTII/CC merupakan malware, demikian juga pantauan triwulan pertama pada 2017.

Malware bukan hanya mengancam sistem operasi tapi juga data sebagai aset yang paling utama yang tak boleh dibuat tidak bisa diakses apalagi dicuri informasinya,” katanya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa bisa terjadi kondisi darurat jika itu terjadi masif dan merugikan banyak pihak seperti kasus ransomware WannaCry yang terjadi Mei lalu.

Pihaknya mengkhawatirkan ancaman Malware dapat merambah ke insfrastruktur kritis misalnya di Kementerian Pertahanan, di Bank, dan Keuangan. “Dan itu malah akan lebih berbahaya dampakmya,” tandasnya.

Sementara itu Kepala Badan Diklat Kemenhan Mayjen TNI Hartind Asrin, mengungkapkan saat ini ancaman di Indonesia adalah Terorisme dan radikalisme, narkoba dan Siber.

“Siber itu di Kemenhan ancaman terbesar ketiga, kita sudah punya COC (Cyber Operation Center) kita sudah punya expert disitu pasukan siber army kita. Mereka sedang bergerak sekarang. Fokus kita menangkal seperti malware itu tadi,” ujarnya.

Dengan merekrut para pemuda Indonesia yang memiliki keahlian dibidang hacking dan teknologi komputer yang tinggi, diharapkan ancaman siber yang ada di Indonesia bisa ditekan.

“Kita latih mereka dengan bela negara selama 6 bulan, kita beri mereka rasa cinta tanah air yang tinggi sehingga mereka tidak akan beralih atau malah menyerang kita,” jelasnya.

Karena itu, dengan adanya event Cyber Jawara diharapkan nantinya dari sini muncul bibit-bibit unggul atau tim khusus yang akan direkrut oleh pihaknya untuk lebih memperkuat sistem keamanan siber di Indonesia.SIA-MB