Aden, Yaman (Metrobali.com) –

Sedikitnya 12 terduga militan Al Qaida tewas dalam serangan udara di Yaman selatan pekan ini, kata kementerian dalam negeri, Senin.

Pusat media keamanan kementerian itu mengatakan, serangan tersebut ditujukan pada sebuah kendaraan yang membawa orang-orang itu di Abyan, provinsi yang menjadi markas Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP) sebelum mereka diusir oleh operasi militer yang didukung AS tahun lalu.

“Mereka semua tewas dan kendaraan itu terbakar,” kata pernyataan itu, yang dipasang di situs berita Kementerian Dalam Negeri Yaman.

Kementerian itu tidak menyebutkan kapan serangan itu berlangsung atau siapa yang melancarkannya, namun banyak orang Yaman mengatakan bahwa sebagian besar serangan udara dilakukan oleh pesawat tak berawak AS.

Pekan lalu tiga terduga militan Al Qaida tewas dalam serangan udara di provinsi Hadramout, Yaman timur, kata penduduk dan seorang pejabat setempat.

Sebelumnya bulan ini, dua serangan udara menewaskan lima terduga militan Al Qaida di Abyan.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida. (Ant/Reuters)