sby 8

Jakarta (Metrobali.com)-

“Kita bersyukur ekonomi 10 tahun terakhir baik, politik stabil. Kebersamaan, kerukunan dan toleransi antarelemen bangsa baik,” kata Presiden Yudhoyono di hadapan sekitar 5.000 pimpinan daerah, dalam silaturahmi nasional di Sentul, Bogor, baru-baru ini.

Yudhoyono yang akan mengakhiri masa kepemimpinannya selama 10 tahun menambahkan bahwa pertahanan dan keamanan juga baik. Peran Indonesia di dunia internasional semakin terbuka.

“Banyak lagi capaiannya selama 10 tahun terakhir dan masih ada pekerjaan rumah, membangun pemerintahan bersih dan reformasi birokrasi harus terus dilakukanm,” katanya.

Saat bersumpah sebagai Presiden ke-6 pada 20 Oktober 2004, Yudhoyono menghadapi sejumlah situasi setelah enam tahun sebelumnya Indonesia memasuki masa reformasi.

Terpilih dalam sebuah pemilihan umum langsung, di mana setiap warga negara yang memiliki hak pilih memilih langsung presiden dan wakil presidennya, Yudhoyono harus menyelesaikan sejumlah persoalan bangsa, meski tiga presiden sebelumnya telah melakukan pembenahan di berbagai bidang.

Reformasi 1998, Indonesia bergerak menjadi negara yang demokratis namun juga diliputi sejumlah permasalahan seperti konflik antarwarga di berbagai daerah, pembangunan yang belum merata, stabilitas politik dan keamanan yang belum kukuh dan gerakan separatis di Aceh dan Papua.

Peran Indonesia di kancah Internasional juga nyaris memudar setelah sebelum reformasi cukup disegani di tingkat Asia bahkan dunia melalui peran-peran internasionalnya. Sibuk membenahi konsolidasi sosial dan politik dalam negeri pada periode 1999-2003, peran Indonesia berkurang jauh pada masa itu bahkan di tingkat Asia Tenggara sekalipun.

Demikian pula dengan stabilitas politik dan keamanan dalam negeri. Serangkaian kerusuhan di Poso, Ambon dan beberapa kejadian berskala kecil di daerah lain mengancam tidak hanya persatuan bangsa namun juga berputarnya roda pembangunan. Sementara di kancah politik nasional, ketidaksepakatan politik dan perseteruan antar kubu membuat proses pemerintahan tidak berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan. Banyak program pemerintah yang terhambat hanya karena ketidaksepakatan politik.

Dengan sejumlah permasalahan itu, Presiden Yudhoyono bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla memulai langkah kerja bersama Kabinet Indonesia Bersatu sejak 20 Oktober 2004.

Melakukan sejumlah pembenahan yang signifikan pada periode pemerintahan pertama 2004-2009, maka Susilo Bambang Yudhoyono kembali mendapat mandat dari rakyat untuk melanjutkan periode yang kedua 2009-2014.

Dengan perolehan suara sebanyak 73,8 juta suara atau 60,80 persen dalam pemilihan presiden 2009 melalui pemilihan langsung maka Indonesia kemudian menjadi negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah India, Amerika Serikat.

Pengembalian stabilitas politik dan keamanan merupakan salah satu prioritas yang dikedepankan dalam pemerintahan Presiden Yudhoyono. Beberapa tonggak yang bisa dikenang adalah penyelesaian konflik bersenjata di Aceh yang telah berlangsung selama 30 tahun.

Hal lain adalah peran Indonesia yang semakin meningkat di dunia internasional dimulai dari tingkat Asia Tenggara ditandai dengan sejumlah keterlibatan Indonesia terkait isu-isu di kawasan dan persiapan terbentuknya komunitas ASEAN dan penyelenggaraan KTT ASEAN dan KTT Asia Timur di Bali pada 2012. Di kawasan Asia peran Indonesia juga meningkat dengan kontribusi penyelesaian sejumlah isu dan menjadi tuan rumah APEC di Bali pada 2013.

Di tingkat dunia, keterlibatan Indonesia dalam pengiriman pasukan perdamaian ke Lebanon dan beberapa daerah lainnya menunjukkan eksistensi di percaturan politik global selain termasuk ke dalam negara-negara anggota G-20 serta aktif dalam berbagai forum internasional.

Menjaga Optimisme Keinginan untuk melakukan transisi politik nasional yang baik dari pemerintahan Yudhoyono-Boediono ke pemerintahan selanjutnya hasil pemilu dan pilpres 2014 telah diutarakan Presiden Yudhoyono sejak sebelum memasuki tahun politik 2014.

Sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, wajar jika sudah saatnya Indonesia memiliki tradisi transisi politik yang “ajeg” dan mapan serta mencerminkan kematangan demokrasi serta kenegarawanan para tokoh politiknya.

Dalam satu pekan terakhir sebelum mengakhiri masa jabatannya sebagai Presiden keenam RI, SBY, demikian Yudhoyono akrab dipanggil, dalam sejumlah kesempatan terus menyampaikan agar semua pihak mendukung pemerintahan yang baru sekaligus mendorong pemerintahan yang baru untuk memperbaiki sektor yang masih kurang seraya melanjutkan kebijakan yang sudah baik.

“Pahami pembangunan proses jangka panjang, bukan hanya sekedar even, bukan proses setahun dua tahun. Kalau kita pahami pembangunan proses jangka panjang harusnya, hidup semangat dan tekad energi kita dicurahkan melakukan pembangunan berkelanjutan, bukan hanya pembangunan yang harus lestarikan lingkungan juga pembangunan dilakukan secara terus menerus disertai dengan tahapan pembangunan,” kata Presiden dalam acara silaturahmi nasional di Sentul, Bogor.

Presiden mengatakan meski terdapat sejumlah capaian yang ada namun ada beberapa program yang belum tercapai, sehingga perlu kebijakan yang berlanjut.

“Dalam kesinambungan pembangunan kita harus objektif melakukan evaluasi. Siapapun presiden dan pemerintahannya, pasti ada capaian dan pasti ada pekerjaan rumah yang tersisa, karena itu sama dengan hakekat kesinambungan, yang sudah dicapai dijaga dan belum dicapai lakukan perbaikan,” kata Presiden.

“Kita ingin setelah 100 tahun merdeka, pada 2045, Indonesia saat itu adalah Indonesia yang jauh lebih maju dibandingkan 1945 dan dibandingkan 2014 sekarang ini,” kata Presiden saat bertemu dengan para pemegang beasiswa Presiden RI dalam sebuah acara yang berlangsung di Pusat Pendidikan Pasukan Perdamaian di Sentul, Bogor.

Presiden mengatakan Indonesia yang kuat pada 30 tahun mendatang adalah Indonesia yang memiliki ekonomi kuat dan juga pembangunan yang berkelanjutan.

“Maju juga artinya kita ingin memiliki demokrasi yang kuat dan stabil,” tegasnya.

Ditambahkannya,”lebih maju juga dalam artian peradaban kita terus maju dan berkembang sehingga membawa keunggulan dan daya saing bangsa serta memiliki demokrasi yang semakin matang.” Salah satu harapan pencapaian itu, menurut Presiden adalah dengan memilik sumber daya manusia yang unggul.

“Dengan agenda besar 2045 maka persiapan fokus. Contohnya bila kita ingin ekonomi kuat, adil dan berkelanjutan, bukan hanya mengandalkan sumber daya alam tapi juga sumber daya manusia. Kalau kita punya bonus demografi namun bukan SDM yang tangguh, justru itu akan menjadi beban,” tegasnya.

Stabilitas politik, keamanan, ekonomi dan peningkatan kekuatan pertahanan serta peran internasional yang kuat telah siap mendukung pelaksanaan tugas pemerintahan baru. Dukungan masyarakat yang besar sebagai modal sosial juga telah digenggam oleh Presiden Joko Widodo, ditandai dengan rangkaian pesta rakyat dan seremoni meriah, bersamaan dengan optimisme yang dibangun selama 10 tahun terakhir.

“Tidak masalah untuk merayakan keberhasilan namun yang lebih penting dari itu adalah memetik pelajaran dari kesalahana yang pernah ada,” demikian salah satu pendiri Microsoft Bill Gates memaknai sebuah keberhasilan. AN-MB