Wakil Bupati Sanjaya Sembahyang
Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya menghadiri acara Persembahyangan memperingati Mantuknya (wafatnya) Ida I Batara I Gusti Ngurah Rai Perang yang ke 111 Tahun 2017, Kamis (28/9), bertempat di Pura Batur Agung, Puri Gede, Tabanan.

Tabanan (Metrobali.com)-

Suatu Bangsa bisa dikatakan besar dikarenakan bahwa Bangsa tersebut tidak pernah melupakan sejarahnya. Yakni bisa mengghormati serta mengingat jasa- jasa para Pahlawan yang telah berjuang demi rakyat dan Tanah Air.

Begitupun juga dengan Pemimpin. Pemimpin yang besar adalah pemimpin yang selalu menghormati dan ingat akan sejarah. Hal itulah kira-kira yang diperlihatkan oleh Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya saat menghadiri acara Persembahyangan memperingati Mantuknya (wafatnya) Ida I Batara I Gusti Ngurah Rai Perang yang ke 111 Tahun 2017, Kamis (28/9), bertempat di Pura Batur Agung, Puri Gede, Tabanan.

Dikatakan oleh panitia acara I Gusti Ngurah Anik Aryanto bahwa Ida Batara I Gusti Ngurah Rai Perang merupakan Raja Tabanan ke 21. Mengapa jasa beliau perlu dikenang? Karena saat Beliau menjadi Raja Tabanan yang kala itu dijajah Belanda, Beliau ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Lombok . Merasa dizolimi karena tidak mau menjadi dedengkot Belanda, maka sebelum ditangkap tidak ada perundingan terlebih oleh pihak Belanda. Hal tersebut membuat Beliau jengah. Dan prinsip yang beliau pegang, kalau tidak bisa berjuang dengan perlawan melalui gencatan senjata, maka agar tidak bisa ditundukan dan menyerahkan rakyat dan Tabanan kepada penjajah maka jalan satu-satunya adalah bunuh diri. Karena merasa jengah itulah, Beliau bunuh diri agar tidak  menjadi antek-antek Belanda, jelas pihaknya secara singkat.

Menanggapi hal tersebut, Wabup Sanjaya merasa sangat bangga bisa menyaksikan peringatan hari yang bersejerah ini. Dirinya mengatakan bahwa pertama kalinya dirinya mendengar kisah yang begitu heroik mengenai asal-usul Raja Tabanan. “Tiang merasa bangga. Kenapa bangga,  karena ada nilai heroik atau makna sejarah di kisah tersebut. Saya kagum, karena Para Raja di Bali dulu tidak mau tunduk dengan Belanda, sehingga terjadi puputan. Hal itu juga menandakan bahwa Raja-Raja terdahulu berdaulat di bidang politik, bidang ekonomi dan bidang budaya”, jelas Wabup yang akrab disapa Pak Komang Sanjaya ini.

Komang Sanjaya juga menegaskan agar jangan pernah melupakan sejarah. “Sejarah inilah yang perlu kita saksikan dan dengarkan jangan sampai terpeleset akan sejarah. Puri selain sebagai pusat perjuangan, Puri juga salah satu pusat lahirnya budaya. Maka Tiang tidak akan pernah lupa terhadap jasa Puri Tabanan”, tegas Orang Nomer dua di Tabanan ini.

Orang nomer dua di Tabanan tersebut juga mengatakan bahwa Pemerintah juga tidak akan pernah lupa terhadap sejarah Puri meski peraturan perundang-undangan berubah-ubah setiap tahunnya. Karena menurutnya, hal seperti ini harus tetap dilestarikan agar generasi berikutnya paham akan sejarah Tabanan. “Tetap wangiang Ida Batara ring luhur. Beliau sampai bunuh diri artinya beliau tidak mau tunduk dengan Belanda, dan ini merupakan suri tauladan bagi kita semua”, ungkapnya.

Kedepannya Sanjaya berharap agar selain memperingati dengan melakukan persembahyangan, hal ini juga harus dikembangkan melalui pesan budaya. Diskusikan bersama pemerintah, sehingga menjadikan Puri sebagai akar budaya Bali, sekaligus bisa menjadi  pusat pelestarian budaya, harapnya.

Nampak pula saat persembahyangan tersebut Cokorda Anglurah Tabanan mendampingi Wabup Sanjaya. Beberapa anggota DPRD Kab Tabanan, diantaranya I Gusti Komang Wastana dan Desta Kumara, Penglingsir Puri serta Perbekel se-Kota Tabanan.

Setelah persembahyangan bersama dengan pesemetonan Puri Gede, Tabanan. Wabup Sanjaya menyerahkan punia sebagai sujud syukur cihna bhakti terhadap Ida Batara I Gusti Ngurah Rai Perang, yang diterima oleh Panitia. Serta beramah-tamah dengan pesemetonan Puri Tabanan melalui makan bersama. PR-MB