Yogyakarta (Metrobali.com)-

Partai politik sudah saatnya mengurangi kampanye luar ruang dan beralih mengutamakan media alternatif, kata pengamat komunikasi visual Institut Seni Indonesia, Sumbo Tinarbuko.
“Berkampanye dengan terlalu banyak memanfaatkan media luar ruang justru hanya menimbulkan kesemrawutan dan menjadi ‘teror visual’ bagi lingkungan,” katanya di Yogyakarta, Jumat (8/2).

Menurut Sumbo mekanisme kampanye dengan menggunakan media luar secara berlebihan dikhawatirkan hanya berpotensi menimbulkan sikap apriori masyarakat terhadap materi kampanye yang disampaiakan.

“Sikap apriori bisa muncul dari masyarakat yang terkadang diwujudkan dengan aksi-aksi vandalisme berupa penyobekan serta poencoretan iklan-iklan politik di berbagai tempat,” katanya.

Selain itu banyaknya pemasangan iklan-iklan politik di pinggir jalan disertai penggunaan warna mencolok, kata dia, sering kali dapat menimbulkan efek psikologis bagi pengguna jalan yang dapat mengganggu lalu lintas.

Menurut dia tim sukses masing-masing partai politik sudah seyogyanya mengutamakan media alternatif untuk melakukan kampanye selain menggunakan media luar ruang yang dinilai sebagai metode lama.

“Media-media alternatif yang efektif digunakan saat ini misalnya jejaring sosial seperti ‘facebook’ dan ‘tweeter’ serta membuat aksi-aksi nyata yang melibatkan peran publik atau memunculkan cerita sukses dari masing-masing calon,” katanya.

Jejaring sosial, kata dia, merupakan media yang efektif mengingat calon pemilih pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 rata-rata akan didominasi oleh kalangan pemuda yang sebagian besar telah akrab dengan media tersebut.

Menjelang pesta demokrasi, menurut dia, kehadiran iklan politik biasanya lebih ramai jika dibandingkan dengan iklan komersial karena mereka hanya diberikan waktu yang singkat untuk memenangkan tiap-tiap calon yang diusung untuk lima tahun kedepan.

“Tim sukses sudah tentu membidik lokasi-lokasi yang strategis dan kebanyakan tanpa mempertimbangan nilai artistik penempatan iklan ruang, sehingga labih berpotensi merusak keindahan lingkungan,” katanya.

Dia berharap potensi negatif dari ketidak teraturan iklan luar ruang dalam konteks iklan politik mendapat pertimbangan khusus dari tiap-tiap parpol serta Dinas Perizinan Reklame di tiap-tiap Kabupaten/Kota untuk bisa lebih mempertimbangkan aspek lingkungan.

“Saya tidak anti terhadap iklan luar ruang, namun perlu ada kesadaran dari masing-masing Parpol untuk juga menjaga keramahan lingkungan serta tidak cenderung memprifatisasi,” kata penggagas Gerakan Reresik Sampah Visual ini. INT-MB