Damaskus (Metrobali.com) –

Di banyak bagian dunia, rakyat mengharapkan tahun yang lebih baik, sambil minum dan bergembira saat menantikan pergantian tahun menuju 2014 dan menikmati letusan kembang api yang menerangi udara malam.

Namun, di Suriah, rakyat setiap hari telah dijejali suara ledakan nyata dan mematikan di negeri mereka, bukan suara hiburan.

Pada Malam Tahun Baru, gerilyawan di tempat bergolak di sekitar Ibu Kota negeri itu, Damaskus, terutama di bagian timur, telah menghujani Kabupaten Al-Qassa dan Bab Touma dengan bom mortir. Peristiwa tersebut membuat rakyat menghitung bom mortir yang berjatuhan ketimbang suara kembang api dan petasan sebelum kedatangan 2014.

Amal Makdisi menghitung sedikitnya tujuh mortir mendarat di Al-Qassa.

“Kami berada di satu gua, dan kami berlarian dengan kalang-kabut menuju rumah kami setelah salah satu bom mortir mendarat hanya 50 meter dari kami. Kami sudah cukup menghadapi semua ini. Kapan mereka akan berhenti?” wanita itu mengatakan.

Pada pada hari yang sama, empat orang –termasuk seorang perempuan hamil– meninggal akibat ledakan bom mortir di Kota Homs, Suriah Tengah, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi. Serangan semacam itu telah menjadi kejadian sehari-hari dan bagian dari taktik gerilyawan untuk mendesak warga bersembunyi di rumah mereka.

Namun 2014 tetap mendekat dan semua keinginan, yang disampaikan rakyat Suriah, dipusatkan pada kembalinya keamanan serta kestabilan ke Suriah.

“Tolong 2014 membawa perdamaian ke negara kami dan tidak seperti 2013 –yang jahat padahal kami telah menyambutnya tapi tahun itu ‘mengkhianati’ kami,” kata Samar Hafez di dalam posting di laman jejaring sosialnya.

Namun meskipun situasi suram di negeri tersebut, energi kehidupan tampaknya lebih kuat.

Di Kabupaten Al-Mazzeh di Suriah, rakyat berkumpul di tempat santap malam Shawarma; mereka membeli roti isi lezat, yang berisi daging ayam atau kambing, sementara yang lain ngantri untuk kacang untuk mereka nikmati sambil menontong televisi sepanjang Malam Tahun Baru.

Tak seperti tahun-tahun sebelum krisis, sekarang tak ada pesta rakyat di Damaskus atau hiasan untuk menyambut Tahun Baru. Orang sekarang telah terbiasa bergelut di depan pesawat TV, untuk menyaksikan perayaan yang berlangsung di negara lain dan sebentar-sebentar mengganti saluran televisi untuk menyaksikan peramal, yang kemunculan mereka di TV Arab setiap Malam Tahun Baru telah menjadi fenomena.

Untuk menambah daya tarik dan pesona dalam penampilan mereka, kebanyakan peramal berbicara mengenai apa yang mereka “lihat” pada Tahun Baru, dalam bidang perkembangan politik –negara mana akan lebih baik, tokoh politik mana akan menghadapi bahaya atau partai politik apa yang akan menang.

Dan tentu saja, Suriah memiliki bagian terbesar dalam ramalan mereka.

Pada Malam Tahun Baru, Laila Abdul-latif, peramal kondang dari Lebanon, meramalkan situasi di Suriah “akan menjadi lebih baik pada 2014”. Ia mengatakan Tahun Baru akan mengantar penyelesaian bagi konflik berkepanjangan di negara Teluk tersebut.

Sekalipun rakyat tak percaya pada kisah masa depan, namun mereka benar-benar merasa nyaman ketika mendengar bahwa akhir dari krisis yang mereka hadapi sudah dekat.

Semua mata tahun ini akan tertuju pada Konferensi Perdamaian Jenewa II, yang direncanakan digelar pada 22 Januari dan akan dihadiri oleh wakil dari oposisi serta pemerintah guna merancang penyelesaian politik bagi kebuntuan bergelimang darah itu.

Lebih dari 110.00 orang telah tewas dalam konflik di Suriah sejak Maret 2011, kata beberapa laporan, yang memperingatkan banyak orang lagi akan kehilangan nyawa mereka kalau penyelesaian politik gagal dicapai pada 2014. (Ant/Xinhua-OANA)