Puri Gerenceng Ingin Setarakan Puri dengan Pemerintah
Denpasar (Metrobali.com)-
Puri Gerenceng Pemecutan sebagai salah satu bekas kerajaan Hindu di Kota Denpasar ingin menyetarakan peran puri dengan pemerintah kota setempat.
“Selama ini peran serta puri dalam kegiatan adat di pemerintah belum maksimal, hanya melibatkan beberapa tokoh puri yang dekat dengan pemerintah,” kata tokoh Puri Gerenceng Anak Agung Ngurah Agung di Denpasa, Rabu (17/7).
Menurut dia, jika dalam kegiatan tidak melibatkan tokoh puri maka pemerintah sudah meninggalkan adat dan budaya yang sudah ditanamkan oleh leluhur.
Sebaiknya pemerintah harus melibatkan semua tokoh puri yang ada di daerah sehingga kegiatan ritual keagaman berjalan sesuai dengan tradisi.
Sebagai destinasi pariwisata internasional, lanjut Ngurah Agung, Pulau Dewata tidak bisa melepaskan diri dari adat dan budaya masyarakat sehingga pemerintah berkrwajiban mempertahankannya agar tidak tergerus oleh perubahan zaman.
“Pelibatan tokoh puri bukan hanya dalam segi kegiatan agama, namun dalam kegiatan yang berkaitan dengan adat dan budaya,” ujarnya.
Calon anggota legislatif Partai Golongan Karya Provinsi Bali pada Pemilu 2009 itu berjanji akan memperjuangkan warga Kampung Jawa yang merupakan kantung komunitas muslim terbesar di Kota Denpasar.
Ngurah Agung yang mengklaim memiliki kedekatan historis dengan masyarakat Kampung Jawa merasa berkewajiban memperjuangkan masyarakat lingkungan itu.
Namun dia menyadari tidak sepenuhnya mampu memenuhi keinginan masyarakat Kampung Jawa. “Jika saya sudah duduk di legislatif, saya tetap komitmen untuk meperjuangkan kesejahteraan mereka,” katanya menambahkan. AN-MB
38 Komentar
hemmmm,…mungkin yang dimaksud ada baiknya didengarkan walaupun sekarang jaman sudah berubah total….10 tahun lagi Bali sudah berubah, tapi tentu landasan budaya dan agamanya tetap harus kokoh dipertahankan oleh seluruh semeton Bali…bukan hanya perorangan /kelompok saja..suksme
emang mau hidupkan feodalisme di Bali?? sorry ya….buka mata, buka hati…jaman sekarang kita bicara present dan future tenses, bukan past tense…
ngiring ajegang gumi baline,,, tanpa ada kepentingan golongan atauun perorangan,,,, ngajegang bali untuk semua masyarakat bali,,,, swastisanti,,,
waduh kaget aku….sejak kapan JEROAN GERENCENG mjd PURI GERENCENG ???….dunia semakin maju, uang bisa mehalalkan segala cara….diBali sdh tdk ada Bali yg Asli…….tdk ada ajeg bali…….biarkan yang ASLI ajeg tetapi tdk menghilangkan demokratisasi, reformasi dan tdk menjadikan feodalisme muncul kembali………
kenapa klo org puri yg bikin statement selalu dianggap feodal., pdhal kami dulu lebih demokratis dibanding pemimpin2 skrg yg memngaku memperjuangkan demokrasi ternyata ujung2nya demi kelompoknya.
apa itu bukan feodal masa kini namanya..
itu dulu, sekarang??
Dulu lebih Demokratis gimana maksudnya Agung-san?
@ Bang Arya untuk Jeroan menjadi Puri itu memang sudah seijin Ida Cokorda Pemecutan karena Jeroan atau Jero di Badung adalah Putra Raja Badung dari rabi non perami , jadi tidak ada salahnya memakai Puri karena ada di lain daerah seperti megwi, Jeroan disitu bukanlah putra raja melainkan orang biasa atau orang sudra karena jasanya membela Raja jaman itu dinaikkan pangkatnya menjadi pregusti juga ,rumahnya disebut Jeroan tapi bukan anak agung atau putra raja , begitulah sejarahnya …kenapa Jeroan di Badung diijinkan mengganti nama menjadi Puri supaya tidak Kaburrrr. mengertiannya.
@Doddy kalo sy lihat di denpasar banyak sekali puri yg bilang masing2 punya raja. padahal mereka sebenranya masih dari satu warih. Sy ragu seberapa luas wilayah masing2 mereka. kenapa ga bikin 1PURI utama sebagai pemersatu kalo mereka adalah 1 warih. trus pilih raja secara demokratis……. pang mewibawa rajane kan lebih luas wilayahnya
@ Gede Bingin ,jaman dulu Badung pernah berkuasa beberapa Raja yg merupakan satu keturunan tp dari Ibu yg berbeda, ttp mereka saling merebut kekuasaan untuk menunjukan wibawa mereka ,terakhir Badung di kuasai oleh Trah Pemecutan yg dipimpin dua Raja (dwi tunggal) ,Puri Pemecutan dan Puri Denpsar wilayah kekuasan di batasi tukad Badung ,dangin Tukad di pegang Puri Denpasar , Dauh Tukad dipegang Puri Pecutan lalu putra2 beliau yg dari istri penawing di buatkan rmh yg di sebut Jeroan atau Jero untuk mengabih kedudukan Puri (Ratu mebale Ratu) , siiring perjalanan jaman supaya tidak !rancu untuk mempersatukan itu Cokorda Pemecutan mengijinkan memakai Puri untuk Jeroan dan Jero yg menjadi warihnya)
Doddy@ terima kasih atas infonya
Cuman keserakahan sudah terbukti dari dulu hingga sekarang. mau menang sendiri
Jabatan Bupati bisa diwariskan ke anak nih…eh…semua jabatan…
klo gitu sekalian aja yang kasta ksatria jd tentara semua dan sudra semua jd tukang biar rusak susu sebelanga gara-gara nila sedanau
Kok ujung2nya jadi berita buat kampanye dan cari popularitas seseorang calon legislatif ya?!?! Jaman sekarang kualitas orangnya lebih diutamakan daripada asal muasal keturunan dan tetek bengeknya. Catur Warna sudah bukan jaman lagi. Klo mw maju, jngan cm mengandalkan bekingan saja, coba instrospeksi dan tingkatkan kualitas diri.
Mungkin yg dimaksud disini bukan menyetarakan tp menghormati atau menghargai Puri sebagai bekas penguasa dan melestarikan adat budaya yg merupakan product asli Bali dimasa kekuasaan Puri, Melupakan jasa Puri sama dengan melupakan sejarah dan adat budaya yg menjadi warisan kita sekarang bukan maksud kembali kepada masa feodal, karena adat budaya itu terkait semua antara Parahiyangan,Pelemahan dan Pewongan.
DODDY@ itu kayknya hanya alasan. sy lihat hanya sebuah prestise untuk unjuk gigi tuk cari pengaruh…
menghormati raja yg berjasa bagi bali waktu itu sah,,tp kalo anak2nya yg ga berjasa ga usah dihormati berlebihan cukup seperti rakyat biasa saja
Berusaha mempertahankan tradisi dan budaya Bali…dan juga berusaha memperjuangkan keinginan masyarakat kampung Jawa….adaah, kenken ne?
gde nyamprut lucu!,…ndak apa apa to, kalo diwarung nasi itu artinya nambah nasi lagi 1 piring lagi tapi minta dibayarin! kwa kak kkaa…ade doen jeruan dadi puri, perumahan jadi griya, jadi semua yang lahir di Puri bunda adalah anak agung…kwa kak kaa..coba di cek dulu inventasris dulu tanah2 puri sdh berapa yang di jual. Jangan2 sube pules di Banjar??? yaa ada baiknya di dengar dulu ya..siapa tahu mau bagi2 carik..
Bro, setelah dikurangi tanah2x yg sudah dijual, ternyata tanah2x asset Puri Gerenceng masih seabrek-abrek di wilayah Denpasar dan Badung. Bisa di-check di kantor BPN Dps dan Badung. Sbg catatan: yg masuk koran ini khan sbg individu saja, dan tidak mewakili institusi…
@Kt Santuni , kalau melihat Puri jgn melihat tanahnya atau uangnya , lihat lah leluhurnya dan jasanya jaman dahulu adalah sesuhunan rakyatnya yg begitu bakti dan hormat sekali kepada Jero atau Puri , tetapi sekarang setelah. Puri tidak lagi berkuasa kenapa anak cucunya tidak lagi tau betapa adanya ikatan antara leluhurnya. Memang anak2 sekarang lupa tidak mempelajari sejarahnya.bahkan melecehkan sejarahnya…, memang ada kesalahan jaman dulu tp bukan berarti kekuasana sekarang tidak ada salahnya.
dodyy ,,,itu hal yg lumrah,,,bisa dilihat presiden soeharto ,,setelah turun2 anak2nya ya juga meredup,,biasa itu
Hahaa mantap
Umah anak agung lebih dari 10 are disebut Puri
Umah Ida bagus bek misi togog jak ukiran disebut griya padahal sing nawang sastra
Adahhhhh nak mare bangun ne de,
SUBA MED NOLIH JELEMA PURI MUNYI-MUNYI DOGEN. KEN KADEN ASLI PURI KEN KADEN PURI-PURIAN. NGAE BINGUNG MASYARAKAT. TOLIH DI DENPASAR KUDANG PURI ADA. ADA NGORANG RAJA DENPASAR, ADA NGORANG RAJA BADUNG. ADA NGORANG RAJA PEMECUTAN………. ARAHHHHHHHH. JANI BIN MEMBELA KAMPUNG JAWA PANG MAN DADI DPR TO GUGU
Kenapa sewot Bli? Jangan samaratakan semua warga Puri spt pandangan anda itu.
@Gede Bingin jgn bingung Jeroan,Jero dan Puri di Badung tidak ada siapa2 semuanya satu saudara hanya ibunya yg banyak tidak ada siapa2 , menyebut. Beda nama itu adalah menggambarkan masa kejayayan masing2 Raja , Raja pertama mendirikan Puri Pemecutan lalu cucunya mendirikan Puri Denpasar semua itu berkuasa di Badung pada masa itu . Wajarlah warihnya ingin melestarikan budaya Purinya .
GA SEWOT TP BLI, KENYATAAN PENUH INTRIK, AGET JAMAN DEMOKRASI. BIIN MANI GRIYA-GRIYA NAGIH KEMBALI JAMAN KERAJAAN PANG MEKEJANG NYEMBAH RAKYATE
Beh,.. rame di bencingah! Orang2 puri yang masih dihormati oleh saudara2nya sebaiknya jangan melacur ingin dekat dengan kekuasaan. Ambil sikap oposisi terhadap kekuasaan, kritisi kebijakan lawan pemerintah yang korup. Kalo sdh begini mending tiang tangkil ke puri dari pada ke DPR. Suwud malu ngae pregembal lama-lama orang bali bisa jadi gembel ditipu sama kata lestari. @ nyamprut benar! klo ingin melestarikan puri tho ngudiang puri grenceng liu sajan sube ngadep tanah???? saya lebih hormat sama petani yg saat ini masih sebagai petani dari pada maklar ato buruh2 bank yang perlente itu yang jago memainkan kata “lestari”. BrruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuT!
Yang liu ngedep tanah khan oknum2x tertentu saja. Kita bisa tunjuk langsung orang2xnya. Masih banyak tanah2x duwe puri yg diijinkan untuk ditinggali dan digunakan oleh wargi nya. Kenapa sewot dgn kata “lestari” Bli? Jeg biasang gen ibe, jangan terlalu sirik dgn orang lain. Tidak ada salahnya siapa saja mau dekat dgn kekuasaan, hal yg manusiawi dan duniawi. Yg penting kita semua bekerja sesuai swadharma kita, dan tetap berpegang pada Tri Kaya Parisudha.
Darmi@ Suba telah tanahe mara nagih eksis biin, mengangkat diri jadi raja. Luwungan Tualen dadi raja
Bagus deket dengan kekuasaan, tp kalo jadi tukang beking ORMAS untuk kekuasaan beda lagi. Sama artinya keserakahan yg lama muncul kembali
@K San, ci demen sajan nganggo kata sewot konyang orang ci na sewot, cang ndak kaget ci pasti dot sajan jak kekuasaan cang milih dekat jadi petani gen. Bilamana kmu cerdas justru lawan kekuasaan dengan sikap kritis dengan menkritisi kesewenangan yang sudah sesak di Bali ne. A yo berani? kalo ndak lanjutkan ngadep tanah bangun villa sebanyak-banyaknya. KIiikKkk kikiii kiiiikk pasti kroda sangkuni ne….Selamat berjuang, juang, juang, juang,…
@Kt Darmi kalau mengkritisi dan memberi komen jangan dengan kata2 kasar. Apalagi saling mengejek , disini akan kelihatan kwalitas orang itu sampai dimana .., jgn seperti anak kecil beri masukan yg masuk akal dan membangun , kelihatan kita orang Bali ga tau sopan santun tp ngomongin orang jelek jeg mesepuk , intospeksi diri aja semua orng boleh berjuang jaman sekarang tp jgn dgn cara menhujat ….
@Kt Darmi jgn menuduh Puri ingin berkuasa. Krn bukan jamannya lagi , kebetulan saja orang Puri yg ingin berjuang lewat jalur DPR atau partai tp kan segelintir orang Puri dibanding orang kebanyakan , jaman sekarang sudah terbuka siapa saja boleh berjuang dgn jalan yg sportif ….kalau soal serakah itu bawaan masing2 orang siapapun dia tergantung besar atau kecil , yg berkuasa sekarang kan kebanyakan bukan orang Puri tp serakahnya luar biasa korupsi dimana mana …….,bapak bupati anak juga bupati , sudah berkuasa sekali minta dua kali itu sdh bawaan manusia …., yg jual beli tanah di Bali sekarang bukan orang Puri bisa di cek datanya di BPN jgn asal ngomong tanpa bukti gitu.
Untuk; ksan dan dodiw, diskusi yang mantap! Tapi maaf, kenapa kalian nyebut-nyebut nama BPN memang kalian punya data ato kalian orang-orang BPN ato sering nongkrong di BPN mengincar LC? Maaf yaa cuma nanya saja. Tokoh mokoh puri ini mengalihkan dukungannya tidak kepada tokoh puri yang juga mokoh itu? Trus, kan sama-sama satu visi mau jadi pejuang kampung jawa, kenapa?
@ Tanjung Asmara yg mokoh dan moleh , coba tolong berkomentar dgn ide ,kritik yg membangun bukan cara menuduh ,kalau menuduh lengkapi bukti bila perlu cek ke BPN ….itu saja jgn dibawa kemana mana kalau anda memang tidak tau ….,disini saya tidak mendukung satu sama yg lainnya hanya menjelaskan tuduhan anda2 tentang Puri …, kalau soal kampung Jawa tanya pada Anak Agung Ngurah itu kan program beliau bukan Puri. Sy pribadi juga belum jelas soal itu krn lebih baik memberjuangkan kepentingan masyarakat Bali yg lebih jauh dan bermanfaat.
@komentator, tokoh-tokoh puri sudah ‘wug ditengah’ rebutan waris! Ujung-ujungnya perbaiki sanggah kemulan. Bapak DoddyW penjaga artikel ini, tolong dijelaskan apa itu yang “lebih jauh dan bermanfaat”? Realitasnya sampah investor sudah sangat dekat -di depan mata-. Astungkaro!
Setelah Belanda menguasai seluruh Bali, maka di Bali diberlakukan : STAATBLAT No : 226, Tanggal 1 Juli 1929 selanjutnya dengan keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda No : 21, tanggal 7 Juli 1938 Pulau Bali di Bagi menjadi 8 Kerajaan. STAATBLAT No 226. Tanggal 1 Juli 1929 yang mengubah Titel kebangsawanan Raja Bali dalam rangka mencari simpati hati raja Bali.
– Raja Karangasem, Buleleng dan Jembrana yang semula I Gusti menjadi Anak Agung
– Bangli dan Gianyar semula I Dewa menjadi Anak Agung
– Badung dan Tabanan yang semula I Gusti Agung menjadi Cokordo
– Klungkung yang semula I Dewa menjadi I Dewa Agung.
Demikianlah maka muncul istilah Anak Agung, Cokordo dan I Dewa Agung. Namun patut diketahui titel Anak Agung, Cokorda dan I Dewa Agung bukanlah nama keturunan tetapi gelar yang di berikan oleh Pemerintah Belanda kepada mereka yang diangkat sebagai Raja.