Oleh : Susi Sukaeni Guru, Aktivis Sosial, Pemerhati Masalah Ibu dan Anak  

Peristiwa tragis di Cengkareng pada Minggu 2/10  telah mengejutkan publik khususnya para ibu. Seorang ibu bernama Muthmainnah alias Iin(28) tega memutilasi Arjuna bayinya yang berumur satu tahun. Tragisnya suami Iin adalah seorang polisi sekaligus orangpertama yangmenemukan Arjuna tak bernyawa dengan sebagian anggota tubuhnya terpotong-potong. Pihak keluarga menduga Iin tega melakukan hal itu karena depresi lantaran sang suami kurang perhatian dan kurang menafkahi.

Kasus ini mengingatkan kita pada sejumlah kejaadian tragis lainnya yang dilakukan seorang ibu.  Masih segar dalam ingatan peristiwa seorang ibu yang membunuh ketiga anaknya di Bandung akibat depresi yang dipicu oleh trauma masa kecil.  Begitu pula kasus Andrea Yates yang tega membunuh kelima anaknya dengan cara menenggelamkan di kolamrumahnya.  Andrea mengalami depresi  akibat tekanan dan pengekangan oleh suami.

Kasus kekerasan oleh ibu kandungterus saja terjadi dengan intensitas yang semakin meningkat. Sosok ibu seolah telah kehilangan jati diri dan fitrahnya.  Gambaran sosok ibu yang penuh cinta dan kasih sayang, penuh perhatian dan pengorbanan dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya semakin tergerus dan menghilang.  Entah apa yang ada dalam hati dan pikiran seorang ibu hingga tega menyiksa anaknya, memeras keringatnya, menjualnya, membuangnya hingga membunuh dan memutilasi anak kandungnya sendiri.

Apabila fitrah seorang ibu telah menyimpang dari sosok malaikat menjadi sosok monster bagi anak-anaknya tentu ini sangat berbahaya bagi kelangsunngan hidup manusia itu sendiri. Karenanya perlu dianalisa untuk mengetahui apa yang tengah terjadi dan apa yang dialami para ibu hingga tindak kekerasan pada anak menjadi kompensassi dan pelampiasan.Selanjutnya dapat dipikirkan solusi mengatasi hal teresebut.

Kasus mutilasi Arjuna dinilai pakar psikolog UI Farida Haryoko sebagai tindakan sadis  diluar batas normal sehingga pelakunya diduga kuat mengalami gangguan jiwa/depresi akut. Hal ini bisa dipicu oleh persoalan pribadi maupun keluarga yang semakin menumpuk, tidak dikomunikasikan dan tidak terselesaikan. Sebagaimana tubuh dalam kondisi lemah tidak kuat menahan serangan virus maka bisa menjadi sakit.  Demikian halnya dengan jiwa ketika seseorang terlalu lama menahan beban berat persoalan dan tidak kuat lagi menanggungnya maka jiwanya akan sakit dan terguncang.Pada saat itulahia akan memperlihatkan perilaku abnormal dan irasional.  Perilaku abnormal tidak hanya mewujud pada perilaku menjadi pendiam, tapi bisa juga sebaliknya menjadi agresif dan agitatif. Perilaku yang irasional menyebabkan seseorang berhalusinasi seakan melihat atau mendengar sesuatu yang tak berwujud lalu melakukan hal-hal yang tak masuk akal.

Depresi pada seorang ibu bisa berasal dari 4 faktor yaitu pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara. Pertama; berasal dari pribadi ibu. .Depresi pada ibu bisa ditimbulkan oleh perubahan faali tubuhnya semisal fluktuasi hormone pada saat menstruasi, hamil dan menyusui. Selain itu pola hidup, dan pandangan hidup. Pola hidup tidak sehat seperti pola makan yang salah, makanan tidak sehat, kurang tidur dan kurang berolahraga akan mempengaruhi respon terhadap stress. Potensi depressi utama juga berasal dari pandangan hidup.  Pandangan hidup akan mempengaruhi bagaimana seorang ibu menjalani kehidupannya.  Pandangan hidup materialistis tentu akan mengukur kesuksesan dan kebahagiaan hidupnya dengan tolak ukur materi. Akibatnya jika kebutuhan tidak terpenuhi akan timbul kegelisahan yang luar biasa.  Ketika seorang ibu gagal meraih jabatan dan kekuasaan, status sosial, uang, kecantikan, cinta, dan lainnya yang bersifat lahiriah maka ia merasa putus asa dan tak berguna. Disinilah pentingnya ibu memahami untuk apa hakikatnya manusia diciptakan.  Pemahaman ini akan membuat cara pandang positif terhadap peristiwa apapun dalam hidup sehingga memunculkan ketabahan, keberanian dan optimis.

Kedua, keluarga yang tidak harmoinis dan kurang tertata. Tugas dan tanggung jawab seorang ibu bukanlah hal yang remeh dan mudah.  Tugas  Ibu disamping harus mendidik dan membesarkan putra-putrinya, juga berperan sebagai pengatur urusan rumah tangga termasuk melayani kebutuhan suaminya. Ada yang berkata pekerjaan dan pengurussan rumah tangga tak akan ada habissnya seakan waktu 24 jam tidak akan pernah cukup untuk menyelesaikannya. Pengaturan keuangan keluarga adalah salah satu tugas ibu yang cukup berat terlebih jika penghasilan keluarga pas-pasan.  Kenaikan harga kebutuhan pokok, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan seringkali membuat para ibu pusing dan kebingungan. Bisa dibayangkan bagaimana seorang ibu berjuang sendirian menyelesaikan tugasnya dan mengatasi berbagai persoalan tanpa kerjasama yang baik dari suami dan anak-anaknya. Ketidakharmonisan keluarga dan ketiadaan kerjasama dalam keluarga akan menjadi penyebab utama ibu kelelahan baik fisik maupun psikisnya sehingga rentan stress dan depresi.

Bagi para ibu banyak hal yang bisa ditempuh agar terhindar dari depresi diantaranya; membangun komunikasi dan kerjasama yang baik dalam keluarga, menjadikan suami sahabat terbaik, menciptakan suasana “Rumahku Surgaku”, berdiskusi dengan teman, menghadiri forum-forum kajian parenting dan ibu tangguh, bergabung dengan komunitas yang peduli pada persoalan ibu dan keluarga atau melibatkan diri dalam kegiatan sosial yang bermanfaat.  Kegiatan sosial akan membuat ibu merasa diperhatikan dan dihargai, sebagai bagian dari kebersamaan.

Ketiga, dari lingkungan baik tempat tinggal maupun masyarakat sekitar. Kondisi lingkungan hidup di kota yang diwarnai dengan kemacetan, polusi udara dan air, kebisingan, banjir dan ruang hidup yang makin menyempit, memberikan tekanan luar biasa sehingga kondisi mental emosional mudah bergejolak.

Di sisi lain kondisi masyarakat yang mengarah kepada trend budaya asing seperti sekularisme, kapitalisme, liberalisme, pluralisme, materialisme dan individualisme menyebabkan kehidupan menjauh dari nilai-nilai trasedental (kerohanian dan spiritual). Iklim sosial masyarakat menjaditidak kondusif, persaingan hidup yang tinggi, kemerosotaan ahlak (moral dan etika), rawan kriminalitas sehingga jauh dari rasa aman. Sementara itu anggota masyarakat cenderung individualis, cuek dan apatis terhadap lingkungan sosial. Tak heran bila banyak ibu merasakan kehidupan yang pahit dan sempit tanpa ada sedikitpun kepeduliaan dari masyarakat.sekitar.

Hidup bermasyrakat bisa diibaratkan sekelompok orang yang ada dalam sebuah kapal yang mengarungi samudrea luas. Jika ada seseorang yang mengambil air dengan cara melobangi kapal dan tidak ada satupun penumpang yang mencegahnya, niscaya tenggelamlah seluruh penumpang kapal. Hal ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh anggota masyarakat terhadap kehidupan masyarakat secara umum.  Masyarakat yang para anggotanya memiliki bahkan mengembangkan bibit-bibitt depresi akan melahirkan masyarakat yang rentan terkena depresi.  Sebaliknya warga masyarakat yang menumbuh suburkan kebaikan akan mewujudkan masyarakat yang juga baik dan resisten terhadap depresi.Oleh karena itu agar masyarakat memiliki daya tahan terhadap depresi harus ada upaya untuk menumbuhkan kepekaan sosial dan kepedulian sosial. Gotong royong dalam menata lingkungan dan menjaga keamanan sangat baik dilakukan untuk menumbuhkan kepekaan dan kepedulian sosial. Selanjutnya dari dua hal ini akan terbentuk kontrol sosial yang efektif dalam mengantisipasi dan memberantas semua hal yang bersifat merusak dan menghancurkan sendi-sendimasyarakat.

keempat, berasal dari negara.  Negara saat ini cenderung berlepas tangan dari tanggung jawab memenuhi kebutuhan pokok masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, pangan, pengelolaan sumber daya alam dan lainnya. Kebijakan negara mencabut subsidi, privatisasi BUMN, kejar setoran pajak, menyerahkan pengelolaan SDA kepada swasta dan asing,dan mempekerjakan buruh asing telah menyebabkan semakin tingginya beban ekonomi masyarakat dan melebarnya kesenjangan sosial. Program reklamasi dan penggusuran atas nama revitalisasi dan penataan telah menciptakan depresi dan trauma mendalam bagi masyarakat. Dalam kasus ini nyata-nyata pemerintah telah melayani kepentingan segelintir konglomerat walaupun harus mengorbankankepentingan rakyatbanyak.Ketidakpastian hukum,ketidakadilan dan diskriminasi pemerintah  akanmemicu konflik sosial yang berujung pada bentrokan dan kerusuhan antar warga. Situasi sosial politik yang memanas menjelang pemilu memunculkan gejala depresi berupa kecemasan dan ketakutan pada masyarakat.  Kondisi ini adalah buah dari penerapan system sekulerisme dan perekonomian kapitalis oleh negara.Sudah saatnya kita beralih kepada system kehidupan yang lebih baik, lebih berkeadilan, lebih mensejahterakan dan memberikan rahmat bagi seluruh alam  sesuai dengan kehendak Sang Pencipta alam, manusia dan kehidupan,

Negara wajib menjamin kebutuhan pokok masyarakat seperti, sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan kerja  keadilan dan keamanan. Walaupun masyarakat tidak bisa mendapatkannya secara gratis akan tetapi masyarakat bisa memperolehnya dengan mudah, murah dan terjangkau.

Selain itu negara wajib membina para ibu dan masyarakat melalui system pendidikan yang bertujuan membentuk kepribadian yang baik meliputi pola pikir maupun pola sikap dan prilaku. Negara mendidik para siswa di semua level dengan membekali keterampilan menjalani hidup (life skill), menanamkan nilai-nilai agama, melatih kedisiplinan, membangun kreatifitas, mewujudkan kemandirian, dan membentuk ketangguhandalam menjalani proses apapun. Dengan demikianakan terbentuk ibu dan calon ibu yang tangguh dan anti depresi seberat apapun tantangan dan persoalan yang akan dihadapi.

Negara wajib melindungi ibu dan masyarakat dari hal-hal yang bisa menghancurkan kepribadiannya  Misalnya negara melarang dan memberi sangsi berat kepada  media massa baik cetak maupun elektronik yang menayangkan pornografi, pornoaksi, seks bebas, kekerasan, budaya sekuler, liberal, materialis, individualis dan hedonis baik yang bersumber dari ideology kapitalisme maupun sosialis. RED-MB