priyo

Jakarta (Metrobali.com)-

Calon Ketua Umum Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengatakan Golkar memerlukan figur yang “fresh” sehingga bisa menghentikan ketidakberuntungan partai itu di pemilu mendatang.

“Figur fresh dan energik bisa menjadi magnet Golkar ketika Pileg dan Pilpres dilakukan secara serentak,” kata Priyo dalam keterangan tertulisnya yang diterima Antara di Jakarta, Minggu (2/11).

Hal itu disampaikan Priyo saat bersilaturahim dengan ketua-ketua DPD Golkar Sulawesi Selatan, Minggu Priyo yang juga Wakil Ketua DPR Periode 2009-2014 mengatakan, mesin Golkar sudah sangat teruji kekuatannya dari pemilu ke pemilu yang mampu membuat partai itu selalu bisa mendapatkan suara yang cukup maksimal di pemilu legislatif (pileg).

Namun menurut dia, kekuatan mesin itu menjadi berbeda ketika pilpres, misalnya pelajaran-pelajaran sebelumnya, Golkar sering menang dalam pemilu legislatif, tetapi selalu `tidak beruntung dalam pilpres.

“Partai Golkar memiliki kehebatan dalam membangun mesin politik, tapi ‘keteteran’ dalam membangun kekuatan figur yang potensial dan layak jual sehingga Partai Golkar belum berhasil merebut kembali tampuk kepemimpinan nasional,” ujarnya.

Dia mengingatkan Pileg dan Pilpres serentak 2019 memberi dampak yang sangat kuat akan tergerusnya kekuatan mesin partai ke arah kekuatan figur. Hal itu menurut Priyo,akan berisiko kalau Golkar hanya mengandalkan kekuatan mesin semata.

Karena itu dia menilai ketidakberuntungan Partai Golkar harus segera dihentikan sehingga partai itu harus berani menghadirkan figur fresh, energik, dan tangguh untuk menahkodai mesin tangguh kapal Golkar.

“Nahkoda kapal Golkar harus bisa menyulap ‘ketidakberuntungan’ di pilpres menjadi panen raya bagi kemenangan Golkar di Pemilu 2019,” katanya.

Partai Golkar, menurut Priyo, juga harus memperhatikan peralihan generasi baru, itu tidak hanya tercermin dalam kepemimpinan, tetapi juga dalam peralihan generasi pemilih. Dia mencontohkan, Pemilu 2014 ada sekitar 14 juta generasi baru pemilih yang kebanyakan lahir pada tahun 1996-1997.

Sebuah fase peralihan dimana mereka adalah generasi baru yang tidak pernah merasakan sedikit pun era sebelum reformasi. Mereka ada generasi baru yang sejak lahir sudah mengenal kebebasan informasi, mengenal internet, mengenal facebook, mengenal twitter, dan lain sebagainya,” ujarnya.

Pola pikir mereka menurut dia tentu akan jauh berbeda dengan generasi-generasi pemilih sebelumnya. Dia menilai, pada Pemilu 2019, jumlah generasi baru ini akan mencapai 30 juta dan itu harus dibaca Partai Golkar.

Menurut dia, dalam menghadapi perubahan yang besar ini, Partai Golkar membutuhkan pemimpin yang fresh, energik, dan populis, bukan pemimpin yang elitis dan kedaluwarsa. Priyo menilai pemimpin yang fresh dan energik dibutuhkan untuk bisa terus turun aktif ke daerah-daerah dalam menjaga kekuatan Golkar di akar rumput.

“Tubuh partai akan mudah goyang diterpa angin jika akarnya tidak kuat. Ke depan, Partai Golkar harus memperkuat strutur-struktur terbawah ini, sampai di tingkat desa/kelurahan yang sangat terikat secara emosional dan teritorial dengan warga masyarakat secara langsung,” ujar Priyo. AN-MB