Denpasar (Metrobali.com)-

Oka Sulaksana atlit senior selancar angin Indonesia ternyata bukan hanya piawai di atas papan surfing. Oka dengan persiapan yang singkat ternyata mampu menjuarai jukung race competition dalam ajang Sanur Village Festival (SVF) ke-7.

Jarak rece ini kurang lebih 15 KM, dari Pantai Segara Sanur, Pantai Bali Beach menuju semawang dan kembali lagi ke Pantai Segara. Kompetisi ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi seorang Oka Sulaksana. Baginya, race ini merupakan tantangan yang sangat menarik dan memerlukan ketrampilan khusus.

Setelah melewati ombak Pantai Sanur, akhirnya, juara pertama disabet oleh I Gusti Oka Sulaksana disusul Nyoman Darsa, dan ke tiga Mangku Metra. Sementara juara harapan masing masing adalah Wayang Suena, Nyoman Sidemen dan Made Artika. Para juara mendapatkan piala SVF dan uang motiviasi.

Wayan Jelantik Koordinator Jukung Race Competition SVF mengatakan, kompetisi kali ini diikuti oleh 50 jukung dari kelompok jukung yang ada di Sanur. Cuaca yang bagus dengan angin yang mendukung membuat para peserta dapat menyelesaiakan seluruh tahapan dengan lancar.

Hadirnya surfer seperti Oka Sulaksana, tentu saja membawa warna tersendiri. Ia mengatakan, puluhan peserta darikelompok nelayan mengaku bangga bisa terlibat dalam ajang SVF, karena potensi Desa Sanur sebagai daerah nelayan maupun sarana plesir wisatawan yang ingin menikmati panorama Sanur.

Ida Bagus Sidartha Putra Ketua SVF disela-sela menyerahkan hadiah dan tropi juara, mengatakan bahwa Jukung adalah potensi eksotis Pantai Sanur dan eksistensinya patut diapresiasi dalam turut mengembangkan dunia pariwisata di Desa Sanur. Hadirnya kompetisi jukung (29/9) merupakan perayaan bagi kelompok jukung untuk ikut dalam kebersamaan merayakan festival desanya.

Sidharta mengungkapkan, lomba jukung ini merupakan upaya mempertahankan tradisi budaya masyarakat di Sanur yang sebagai warga masyarakat pesisir, namun seiring perubahan zaman, tradisi nelayan sudah mekin menipis. “Perubahan zaman dan majunya sektor pariwisata di Sanur, menyebabkan sebagian besar para nelayan beralih. Jika dulunya jukung dipakai sarana untuk mencari ikan, namun digunakan untuk melayani para wisatawan,” kata Sidharta.

Menurutnya, budaya jukung ini harus terus dilestarikan untuk kepentingan anak cucu kita, mengingat dizaman yang canggih seperti sekarang ini nelayan tradisional Sanur masih menggunakan jukung tradisional. “Tradisi jukung ini sangat berperan dalam pengembangan obyek pariwisata di Sanur.  Sekarang nelayan berubah profesi dari menangkap ikan menjadi menjaring wisatawan,” ujar I.B Sidharta. BOB-MB