Foto: Tokoh masyarakat Nusa Penida I Made Satria S.H., yang juga caleg terpilih DPRD Klungkung dapil Nusa Penida dari PDI Perjuangan.

Klungkung (Metrobali)-

Nusa Penida, Kabupaten Klungkung kerap disebut-sebut sebagai “telur emasnya pariwisata Bali”. Namun mirisnya faktanya Nusa Penida malah terkesan seperti “anak tirinya Bali.”

Berbagai permasalahan akut “menyandera” daerah yang oleh sebagian kalangan masih dikategorikan sebagai daerah Tiga T yakni “Terluar, Terdepan dan Tertinggal” ini.

Permasalah serius yang paling kentara dan ibarat menjadi “rem” yang menghambat kemajuan pariwisata Nusa Penida adalah minimnya tiga infrastruktur dasar seperti infrastruktur jalan, listrik dan ketersediaan air bersih.

Di sisi lain, kawasan yang punya banyak tempat wisata menawan dan eksotis ini seperti berkembang tanpa arah yang jelas. Dinilai belum ada desain atau pola dan konsep pembangunan yang terarah yang menjadi peta jalan (road map) untuk kemajuan daerah yang punya tiga pulau ini yakni Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan.

Untuk itulah Tokoh masyarakat Nusa Penida I Made Satria S.H., yang juga caleg terpilih DPRD Klungkung dapil Nusa Penida dari PDI Perjuangan hasil Pileg 2019 berkali-kali menyerukan perlu adanya konsep yang jelas, harus ada grand desain atau master plan yang jelas tentang Nusa Penida.

Para regulator atau para pemegang kebijakan, kata Made Satria, mesti segera memikirkan dan membuat penguatan regulasi. Diharapkan pihak terkait  bisa duduk bersama rakyat, bersinergi untuk mendiskusikan dan membahas mau dibawa kemana Nusa Penida.

“Kita mau bangun apa sebagai skala prioritas untuk jangka pendek, jangka menengah, serta untuk jangka panjangnya mau diarahkan kemana. Disini perlu adanya grand desain atau master plan yang jelas tentang Nusa Penida,” kata Made Satria ditemui di sela-sela simakrama bersama warga di Nusa Penida, Klungkung, Kamis (23/5/2019).

Dengan duduk bersama untuk menyepakati pembangunan di Nusa Penida, baik pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, para regulator segera bisa  membuatkan penguatan regulasi, peraturan daerah (perda), peraturan bupati (perbup) dan lain-lain sebagai payung hukum landasan berpijak.

“Termasuk penetapan dan penegasan Zonasi Tata Ruang,” imbuh kakak ipar dari Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati S.E., caleg terpilih DPRD Bali dapil Klungkung dari PDI Perjuangan dengan suara tertinggi dapil Klungkung untuk DPRD Bali dengan yakni 24.079 suara. Dimana keduanya berkomitmen penuh ngayah membangun Nusa Penida dan Klungkung umumnya.

Libatkan Warga Lokal, Jangan Jadi Penonton

Para pemegang kebijakan mesti bisa membuka diri untuk melibatkan rakyat bersama-sama merancang konsep pembangunan yang akan menjadi prioritas. Lalu rakyat diajak serta bersama-sama menghitung berapa dana yang akan dibutuhkan untuk mewujudkannya.

Maka tidak menutup kemungkinan rakyat yang memiliki kemampuan finansial lebih dilibatkan untuk ikut berinvestasi membiayai program pembangunan di Nusa Penida.

“Jadi rakyat juga menjadi enterpreneur, sebagai investor sehingga kemajuan yang dicapai. Perputaran ekonomi, perputaran uang tidak lari ke luar, ke investor asing. Namun masuk dan dinikmati oleh rakyat sendiri,” kata Made Satria.

“Kita jangan hanya  ketergantungan pada pihak lain,  pihak luar. Kita akan lebih sulit cepat maju dan  mandiri jika mindset kita tidak segera kita ubah,” tegas pria yang dipastikan lolos ke DPRD Klungkung dengan perolehan suara 3.946 pada Pileg 2019 ini

Mengamati perkembangan pariwisata di Nusa Penida beberapa tahun terakhir ini, serta melihat potensi yang dimiliki, Made Satria mengibaratkan Nusa Penida memiliki pabrik susu yang akan menghasilkan banyak susu yang dibutuhkan dunia.

“Namun apabila kita tidak segera mengubah mindset dan tidak bisa memanajemen dengan baik, walaupun kita punya pabrik susu, maka kita tidak bisa menikmati susunya,” imbuh pria asal Banjar Sental Kangin, Desa Ped, Nusa Penida ini

Hal inilah yang menjadi  kekhawatiran Made Satria tentang Nusa Penida dimasa yang akan datang. Jangan sampai warga lokal hanya sebagai penonton di tengah geliat pariwisata Nusa Penida.

“Kita mesti jadi tuan rumah di daerah kita sendiri. Masyarakat Nusa Penida harus  menjadi pelaku utama di tanah kelahirannya,” imbuh imbuh pria berjiwa sosial tinggi itu yang bersama adiknya, Ketut Leo, sudah lama membantu pembangunan pura dan sumur bor di sejumlah wilayah di Nusa Penida.

Di sisi lain konsep pembangunan yang diterapkan Gubernur Bali I Wayan Koster dinilai sungguh luar biasa dan sangat tepat untuk Bali. Yakni One Island, One Management, One Commando.

Konsep ini akan memberikan dampak positif yang sangat besar terhadap pemerataan dan percepatan pembangunan di semua  kabupaten di Bali. Diharapkan dengan penerapan konsep ini tidak ada lagi ke depannya ketimpangan dan kesenjangan pembangunan antar daerah di Bali, termasuk juga di Nusa Penida. (wid)