Jakarta (Metrobali.com)-

Kerja sama antar negara yang dilakukan peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) dinlai dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara Selatan-Selatan.

“Negara-negara di Asia-Afrika berpeluang tumbuh sebagai kekuatan ekonomi dunia berpengaruh dari kerjasama ekonomi yang nantinya terbangun dalam pertemuan sepanjang acara peringatan KAA,” kata Direktur Eksekutif Pusat Transformasi Kebijakan Publik, Nugroho Wienarto, kepada Antara, di Jakarta, Rabu (22/4).

Menurut dia selain kawasan tersebut merupakan pasar terbesar perdagangan internasional yang mewakili 75 persen penduduk di dunia, kawasan ini juga memiliki akumulasi produk domestik bruto (PDB) hingga senilai 21 triliun dollar Amerika Serikat atau setara 30 persen dari PDB dunia.

Selama ini, potensi besar tersebut belum termanfaatkan dengan baik. Nilai perdagangan Indonesia ke Afrika, misalnya, baru mencapai sekitar 10,7 miliar dollar AS.

“Jumlah tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan nilai perdagangan Indonesia dengan negara-negara lain, seperti Tiongkok, yang mencapai 63,58 miliar dollar AS pada tahun 2014,” kata Nugroho.

Seperti diketahui, kerjasama ekonomi, baik bilateral maupun multilateral, merupakan salah satu topik pembicaraan utama yang dibahas pada KAA.

Salah satu bentuk kerja sama ekonomi yang diusulkan oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia adalah pembentukan Asian Africa Business Council, di mana perusahaan swasta dari kedua benua dapat saling menukarkan informasi serta melaksanakan kerjasama bisnis dengan lebih mudah.

Di samping itu, Indonesia juga telah menyepakati kerjasama ekonomi dengan sejumlah negara, antara lain Ethiopia serta Afrika Selatan.

Nugroho menambahkan, Indonesia memiliki banyak keunggulan dalam hal kerjasama ekonomi internasional, contohnya pasar yang besar, keadaan politik yang relatif stabil, serta posisi strategis sebagai poros maritim dunia.

Meski begitu, Indonesia juga diharapkan tak sekadar menempatkan dirinya sebagai pasar dalam kerjasama tersebut, tetapi juga harus mampu memanfaatkannya untuk membuka akses pasar bagi beragam produknya secara lebih luas ke dua benua itu.

Banyak produk dalam negeri yang bisa diperdagangkan dengan negara Asia-Afrika. Misalnya, komoditas sumber daya alam, seperti kelapa sawit, bahan tambang, produk laut, serta produk manufaktur semacam tekstil, alas kaki, mainan dan lain sebagainya.

Lebih jauh Nugroho mengatakan, sebagai tuan rumah KAA, serta salah satu negara dengan pendapatan PDB tertinggi di kedua benua, seharusnya Indonesia dapat mengambil peran aktif sebagai pemimpin yang mampu menggerakkan kerjasama ekonomi antara negara-negara anggota.

Dalam hal ini, Nugroho sepakat dengan pendapat pengamat hukum internasional dari Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana, yang mengusulkan agar pemerintah mengangkat duta besar khusus agar Indonesia dapat lebih berperan dalam kerjasama negara Asia-Afrika tersebut. AN-MB