Prof. I Gde Pitana
Buleleng (Metrobali.com)-

“Kementerian Pariwisata RI tidak pernah ingin mengembangkan pariwisata Syari’ah di Bali”. Demikian ungkapan tegas yang disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara, Prof. I Gde Pitana, Jumat (27/11) di  kawasan wisata Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali
Menurutnya, di Bali itu tamunya banyak sekali yang datang dari berbagai bangsa, etnik dan agama, diantaranya ada yang datang dari India. Sesampainya di Bali, tamu dari India ini meminta kepada pihak restoran untuk disediakan makanan vegetarian. Oleh karena hal ini merupakan peluang bisnis, industri pariwisata restoran menyediakan makanan vegetarian untuk tamu India tersebut. “Lantas, apakah Bali menjadi destinasi vegetarian. Tentu saja tidak” terang Pitana.”Yang jelas Bali, tetap dikembangkan sebagai pariwisata budaya yang dilandasi dan bernafaskan nilai-nilai tradisional Bali” imbuhnya.
Lebih lanjut ia mengatakan begitu juga tamu yang datang dari berbagai Negara di Timur Tengah maupun dari Nusantara Bergama Islam, mereka ini lebih mengutamakan makanan yang  memenuhi atau berlabel Halal. Maka dari itu, di berbagai restoran dan hotel  di Bali membaca peluang bisnis ini dengan menyediakan makanan yang bersifat Halal.”Apakah itu berarti Bali destinasi Halal. Jawabnya tidak. Apalagi destinasi Syari’ah, tentu tidak juga. Artinya sepanjang hal itu tidak melanggar aturan, maka pihak pemerintah tidak melarang, tetapi kita tidak mengharuskan makanan Halal” terang Pitana lagi.
Disamping itupula, tambah Pitana oleh karena banyaknya tamu yang berasal dari Timur Tengah dan Indonesia yang beragama Islam, pihak hotel juga menyediakan tempat untuk bersembahyang dengan arah kiblat dan ada juga pihak hotel yang menyediakan kamar dengan arah kiblat.”Hal ini tidak bertentangan dengan pariwisata budaya. Menteri Pariwisata secara tegas menyatakan tidak ada pariwisata Syaria’ah. Bukan saja di Bali, melainkan diseluruh Indonesia” tandas Pitana menegaskan. GS-MB