Denpasar (Metrobali.com)-

Simakrama sebagai upaya gubernur Bali Mangku Pastika membuka ruang dialog dengan masyarakat. Menjadi budaya bulanan pemerintah provinsi Bali. Namun pada tanggal 25 Februari 2012 tahun lalu, saat simakrama berlangsung di gedung Kesenian Gede Manik, Singaraja sempat terjadi kehebohan.

Pada saat itu, Bendesa Adat Jagaraga Nyoman Sura menyampaikan pendapat keras, agar dukungan dana pada desa adat bisa diperbesar. Sedangkan penjelasan Mangku Pastika kala itu membuat Nyoman Sura kecewa, lantas memutuskan untuk walk out (WO) dari acara yang dihadiri ratusan warga Buleleng tersebut.

Tiba tiba, sore 2 April 2013 Nyoman Sura bertemu Mangku Pastika di Denpasar. Saat ditanya bertemu dengan maksud apa, Nyoman Sura mengatakan antara dirinya dan Gubernur Mangku Pastika ada mis-komunikasi, “Saat simakrama memang saya walk out. Tujuannya bukan tidak suka dengan Mangku Pastika, tapi ingin agar orang lain tidak terprovokasi oleh sikap saya.”

Namun setelah Nyoman Sura melihat bahwa gubernur Bali punya agenda yang jelas dalam mengelola programnya, termasuk meningkatkan bantuan desa adat dari Rp 55 juta menjadi Rp 100 juta., “Saya mendukung Mangku Pastika penuh untuk tetap jadi gubernur Bali.”

Ditanya, bahwa setelah dirinya melakukan walk out, kemudian diblow-up oleh kelompok media bali post secara besar besaran dengan tujuannya menyerang posisi dan integritas Mangku Pastika. Sura mengaku terkejut,”Itu urusan wartawan. Saya tidak paham. Saya ke simakrama untuk menyampaikan aspirasi.”

Sura juga menjelaskan bahwa dirinya dulu kader banteng, namun nampaknya ia selalu dijadikan sekedar tangga oleh para politisi. Karena saat mereka sudah duduk di posisi empuk, baik di legislatif maupun eksekutif, kebiasaan mereka selalu melupakan siapa orang yang berjasa. Sura juga mengatakan bagaimana keluarganya menjadi sasaran tembak baik kader partai maupu kader dari partai lain.

Karena  itu, kata Sura, sebagai pribadi maupun sebagai bendesa dia selalu memamparkan agar mencari pemimpin yang benar benar bekerja. Bukan calon pemimpin yang hanya bisa mengklaim, tapi sesungguhnya tidak tahu berbuat apa.”

Pada kesempatan terpisah Mangku Pastika mengatakan dirinya bisa memahami sikap yang diambil Nyoman Sura, “Saya bukan pendendam. Saya cinta damai, Jadi sudah dimaafkan sebelum Nyoman Sura ini datang. Bila sekarang ia akan mendukung saya penuh. Saya apresiasi sikapnya. Yang terpenting adalah bagaimana kita sesama warga Bali saling bahu membahu membangun Bali,” kata Mangku Pastika. RED-MB