Foto: Anggota Komisi II DPRD Bali Grace Anastasia Surya Widjaja menyoroti semrawutnya “hutan tiang” di Kota Denpasar.

Denpasar (Metrobali.com)-

Kota Denpasar merupakan etalase pariwisata Bali. Karenanya, Anggota Komisi II DPRD Bali Grace Anastasia Surya Widjaja menegaskan kesan wisatawan terhadap suasana kota menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi Bali maupun Kota Denpasar.

Sebagai ibu kota Provinsi, perkembangan populasi penduduk di Denpasar tentunya hal yang tidak terhindarkan akan bertumbuh dengan pesat.

Implikasi yang paling nyata dirasakan saat ini adalah terkait kemacetan di berbagai sudut jalan kota, seakan sudah menjadi pemandangan yang mulai terbiasa bagi masyarakat Kota Denpasar pada khususnya.

“Selain masalah kemacetan, kebutuhan masyarakat akan fasilitas pemukiman, dalam hal ini listrik dan telepon juga berpotensi merusak wajah Kota Denpasar, jika tidak dilakukan antisipasi dari awal,” kata Grace Anastasia, Rabu (22/1/2019).

Keluhan berkaitan dengan tiang listrik dan tiang fasilitas komunikasi yang didirikan oleh PLN dan Telkom disampaikan masyarakat Denpasar pada saat Grace Anastasia yang merupakan Anggota DPRD Provinsi Bali daerah pemilihan Kota Denpasar dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini menggelar reses menyerap aspirasi masyarakat belum lama ini.

“Tang listrik dan tiang telepon yang terpasang lebih dari satu tiang dalam satu titik pemasangan, tidak ubahnya hutan tiang,” tegas Anggota Komisi II DPRD Provinsi Bali yang membidangi Ekonomi dan Keuangan ini.

Selain mengganggu pemandangan, seringkali hutan tiang tersebut mengganggu ruang trotoar, yang dipergunakan untuk pejalan kaki. “Keberadaan hutan tiang berpengaruh juga terhadap semerawutnya instalasi kabel yang terpasang,” kata Srikandi DPRD Bali ini.

Kabel kendor, terpasang melintangi jalan raya, dan kabel tergulung tidak terpakai, menjadikan kesan semerawut dan kumuh tertangkap oleh mata kita.

Pemasangan tiang dan kabel udara yang banyak tersebut, dapat dipastikan merupakan cara termurah dan termudah dalam upaya mempercepat pemenuhan kebutuhan masyarakat akan fasilitas listrik dan telepon untuk saat sekarang ini.

Namun jika hal ini tidak diantisipasi maka dapat dipastikan wajah Kota Denpasar, tidak ubahnya seperti Jakarta dan kota besar lainnya, yang semerawut dan terkesan kumuh.

Karenanya  Grace Anastasia mendorong lemerintah daerah, baik Pemerintah Provinsi Bali maupun Pemerintah Kota Denpasar dengan melakukan komunikasi intensif dengan penyedia fasilitas dalam hal ini PLN dan TELKOM.

Hal ini perlu dalam rangka menata atau mencari solusi alternative lain  dari pemasangan sarana instalasi yang dilakukan.

“Jikapun alternatif pemasangan instalasi bawah tanah tidak memungkinkan untuk dilaksanakan dalam jangka pendek karena membutuhkan anggaran yang besar, namun paling tidak pemerintah daerah melakukan fasilitasi untuk dapat dilakukannya pemanfaatan satu tiang untuk instalasi bersama,” harap Grace Anastasia.

Pemerintah daerah, imbuhnya, memiliki kewajiban untuk mendorong dilakukannya perbaikan teknis pemasangan instalasi fasilitas listrik dan komunikasi ini.

“Harus ada upaya serius pemerintah daerah agar kesan semerawut wajah kota, sebagai etalase pariwisata Bali, dapat teratasi,” tutup Grace Anastasia. (dan)