Denpasar (Metrobali.com)-

Ketua Persatuan Endokrinilogi (Perkeni) Bali, Prof Ketut Swastika menjelaskan, dari hasil penelitian yang dilakukan warga yang tinggal di perkotaan lebih rentan terserang penyakit diabetes ketimbang mereka yang tinggal di desa.

“Penderita diabetes umumnya tinggal di perkotaan dibanding pedesaan atau jumlahnya lebih besar, termasuk tinggi secara rata-rata nasional,” kata Swastika di sela-sela edukasi dan jalan sehat dalam rangka Hari Diabetes Sedunia di Denpasar, Minggu 18 November 2012.

Terjadinya peningkatan jumlah pengidap diabetes di kota, kata dia, lantaran seiring perubahan gaya hidup masyarakat mulai dari pola makan dan lainnya.

Swastika mencontohkan Bali. Dari penelitian yang dilakukan sejak sebelas tahun terakhir kecenderungan penderita diabetes atau kencing manis di perkotaan di Bali mengalami peningkatan siginifikan. “Kami melakukan penelitian di 8 desa dan kota dengan jumlah responden sekitar 2.000 orang,” papar Swastika.

Riset itu menunjukkan jika wilayah desa atau daerah terpencil prosentasenya lebih kecil. Sebagai contoh di daerah Penglipuran, Tenganan (Karangsem) dan Ceningan (Klungkung).

Sementara di wilayah perkotaan, tepatnya di Legian, Kecamatan Kuta, “Prevalensinya mencapai 7,3 persen,” katanya, dalam acara yang didukung Sanofi Diabetes dan Dinas Kesehatan Bali.

Bahkan di wilayah Denpasar, ditemukan penderita termuda berumur 13 tahun. “Saya pernah menangani dua pasien umur 13 tahun dalam seminggu. Padahal bapak dan ibunya bukan penderita  diabetes. Ini perlu mendapat perhatian serius,” tegas Swastika.

“Perubahan konsumsi makanan di perkotaan dan tingkat kemakmuran masyarakat yang meningkat berkontribusi terhadap meningkatnya penderita diabetes,” tambah dia.

Jika dilakukan penghitungan penderita diabetes, dibanding kota lainnya Bali kemungkinan besar di atas rata-rata nasional. Diperkirakan jumlah pengidap diabetes di Bali mencapai 5,9 persen dari jumlah penduduk pulau ini sebesar 4 juta orang.

Dengan trend yang terus berkembang, sambung Swastika, diabetes merupakan penyakit peringkat kedua sebagai penyakit yang berbahaya. Terjadi peningkatan pengidap tiap tahunnya.

Sementara Presiden Direktur Sanofi Group Indonesia, Eric NG menjelaskan jika berdasarkan data WHO, tahun 2008 terdapat 8,4 juta penduduk terkena diabetes. Diprediksi pada tahun 2030 pengidap penyakit progresif ini akan melonjak tajam hingga 21,3 juta orang.

“Salah satu upaya untuk edukasi dan pencegahan penyakit ini kami memberikan pendidikan dan mempersiapkan 500 internis dan 5.000 dokter di seluruh Indonesia,” jelas Eric. BOB-MB