Pendukung Revitalisasi Teluk Benoa

Denpasar (Metrobali.com)-

Warga Bali pendukung revitalisasi Teluk Benoa akhirnya unjuk gigi. Mereka memasang spanduk bernada dukungan rencana proyek revitalisasi Teluk Benoa seluas 700 hektar. Pantauan di lapangan, ratusan spanduk itu bertebaran di sejumlah lokasi di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Di antaranya adalah Jalan Diponegoro, Jalan Teuku Umar, Teuku Umar Barat, Imam Bonjol, Sanur, Kuta, Ubung, Mengwi dan Nusa Dua.

Spanduk-spanduk berwarna merah tersebut dipasang oleh kelompok yang menamakan diri Forum Bali Shanty (ForBALI’s). Spanduk berukuran 1 x 4 meter itu di antaranya bertuliskan “Alam Rusak Wajib Diperbaiki”, “Menolak Revitalisasi = Membiarkan Teluk Benoa Hancur”, “Krama Bali Jangan Terhasut Isu Revitalisasi”, “Ribut Revitalisasi Rakyat Bali Rugi, Penghasut yang Untung”. Selain itu, spanduk tersebut juga meminta kepada Presiden SBY dan presiden terpilih Joko Widodo untuk memuluskan rencana reklamasi.

Tak hanya baliho, poster-poster juga terpasang di kampus-kampus seluruh Kota Denpasar dan Badung. Poster tersebut berisi 10 keuntungan revitalisasi Teluk Benoa. Dewi salah seorang mahasiswi di universitas terkemuka di Denpasar mengaku senang dengan keberadaan poster-poster tersebut. 

“Warga Bali kan belum tahu untung rugi reklamasi Teluk Benoa. Dengan adanya poster ini kita jadi faham, kalau revitalisasi itu akan menyediakan 250 ribu lapangan kerja dan pajak untuk pemerintah sebesar Rp3 triliun pertahun,” kata Dewi saat ditemui di kampusnya, Sabtu 4 Oktober 2014.

Sontak saja, ratusan spanduk tersebut menarik minat perhatian warga. Apalagi, sebelumnya berdiri spanduk dan baliho milik kelompok yang menolak revitalisasi Teluk Benoa. Seorang warga yang tengah melintas di Kota Denpasar, Bagus menuturkan jika spanduk dukungan terhadap revitalisasi Teluk Benoa itu menjadi penyeimbang kelompok yang kontra.

“Ya selama ini kan kita juga belum tahu menolak itu alasannya apa. Jadi dengan adanya baliho yang pro ini menjadi penyeimbang wacana yang menolak. Masyarakat jadi cerdas menentukan pilihan,” imbuhnya.

Tut Adi, warga Kota Denpasar yang mengaku ikut memasang spanduk itu mengatakan, pemasangan spanduk itu bentuk kesadaran penuh ia dan rekan-rekannya sesama anak muda. Sebabnya, penolakan revitalisasi tanpa kajian lingkungan, hukum, ekonomi, sosial dan budaya. “Bahasa yang dikembangkan adalah bahasa agitatif dan provokatif, tanpa penjelasan ilmiah, rasional dan logis,” kata dia. 

Sebagai anak muda, Tut Adi mengaku terpanggil untuk memberikan wacana baru yang ilmiah dan rasional mengenai rencana proyek revitalisasi Teluk Benoa. “Kita hanya ingin memberikan pemahaman yang utuh kepada masyarakat, menyampaikan fakta sesungguhnya apa itu revitalisasi Teluk Benoa,” katanya. JAK-MB