Foto: Anggota DPRD Tabanan dari Partai Nasdem, I Gusti Ngurah Sanjaya.

Tabanan (Metrobali.com)-

Harapan Kabupaten Tabanan memiliki pabrik Porang tahun 2022 tinggal mimpi yang kandas di tengah jalan. Pasalnya Kementerian Perindustrian dan Perdagangan telah membatalkan rencana tersebut.

Salah satu biang keroknya karena kajian DED (detail engineering design) untuk kegiatan itu belum bisa dilengkapi oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabanan. Kekecewaan pun muncul di kalangan petani khususnya petani porang.

Kalangan wakil rakyat juga bersuara lantang. Salah satunya Anggota DPRD Tabanan dari Partai Nasdem yaitu I Gusti Ngurah Sanjaya.

“Banyak petani kecewa pabrik porang batal di Tabanan. Harusnya pemerintah bisa memperjuangkan lebih serius dan melangkapi semua persyatan dari pusat,” kata Sanjaya, Senin (28/2/2022).

Pihaknya berharap rencana pembangunan pabrik porang di Tabanan tetap mampu diwujudkan kalaupun memang bukan datang dari bantuan anggaran dari pemerintah pusat. Solusinya Pemkab Tabanan harus mampu menggandeng pihak swasta atau investor untuk membangun pabrik porang ini.

“Pemkab, pemimpin Tabanan harus mencari pihak swasta yang mau pabrik porang di Tabanan, jangan hanya mengandalkan pemerintah pusat,” kata Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Tabanan ini lantas berharap ada keberanian dan terobosan pemimpin di Tabanan memajukan pertanian di Tabanan bukan sekadar wacana dan janji manis.

“Pemimpin Tabanan harus punya kiat-kiat mengelola potensi daerah, bukan hanya sekadar lips service saja. Tanpa keterlibatan pihak ketiga, swasta, investor, daerah tentu susah berkembang,” tegas Sanjaya.

Ia lantas berharap pemimpin Tabanan serius untuk mewujudkan pabrik porang di Tabanan karena sudah sangat dinantikan oleh para petani agar petani tidak kesulitan menjual hasil porangnya. . Sebab dengan adannya pabrik pengolahan ini tentu akan bisa meningkatkan nilai jual porang dari petani dan memberikan nilai tambah bagi petani porang.

“Itu kalau pemerintah serius menjembati itu (membangun pabrik porang) ya harus carikan investor. Kalau mau bikin jalan tol Gilimanuk- Sembung- Mengwi kok bisa, lantas memfasilitasi hasil produksi masyatakat petani sendiri kok lambat,” kritiknya.

“Tri Sakti Bung Karno yakni berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan jangan hanya dibaca dan dipajang begitu saja, harus diimplementasikan oleh pemimpin di Tabanan,” pungkas Sanjaya. (dan)