Jembrana (Metrobali com)

Pencegahan stunting merupakan salah satu fokus program pemerintah kabupaten Jembrana yang dalam pelaksanaannya memerlukan partisipasi aktif semua komponen karena program pencegahan stunting tidak bisa berdiri sendiri dan harus di intervensi dengan berbagai lintas sektor.

Hal tersebut disampaikan Wakil Bupati Jembrana IGN Patriana Krisna (Ipat) saat membuka sosialisasi program pencegahan stunting melalui diskusi kelompok/komunitas dan edukasi cinta, bangga serta paham rupiah, Selasa (21/2) di Sentra Tenun Jembrana.

Dikesempatan yang sama juga dikukuhkan Ny. Inda Swari Dewi sebagai Bunda Asuh Anak Stunting Jembrana. Pengukuhan dilakukan langsung oleh Wabup Ipat.

“Persolan stunting menjadi permasalahan yang harus diselesaikan bersama. Seperti kegiatan ini bisa terselenggara berkat partisipasi Bank Indonesia dan BKKBN Propinsi Bali. Semoga sinergi ini bisa terus berlanjut kedepan untuk mengentaskan kasus stunting di Jembrana,”ujar Ipat.

Menurutnya, program tersebut sejalan dengan visi dan misi kabupaten Jembrana dan persiapan sumber daya manusia yang unggul dalam menyongsong Jembrana Emas tahun 2026. “Tujuan yang ingin dicapai dalam pencegahan penurunan stunting adalah mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif dan unggul dalam menyongsong Jembrana Emas 2026 nantinya,”sambungnya.

Hal senada juga disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Bali dr. Ni Luh Gede Sukardiasih. Menurutnya percepatan pengentasan stunting harus melibatkan semua mitra kerja dan lintas sektor. Sebab stunting pada anak sendiri diakibatkan banyak faktor. “Banyak faktor yang mempengaruhi stunting, mulai dari kurang gizi, air bersih, ekonomi, pendidikan dan lain – lain. Ini kenapa kita harus melibatkan semua mitra kerja untuk bersama mengentaskan stunting,”ucapnya.

Dari target nasional prevalensi stunting yang diukur pada anak berusia dibawah 5 (lima) tahun yang harus dicapai sebesar 14 persen secara nasional pada tahun 2024. Sementara untuk Kabupaten Jembrana baru tercapai 14,2 yang hanya turun 0,9 persen dari tahun sebelumnya 14,3 berdasarkan data SSGI Tahun 2022.

Sementara terkait pengukuhan Bunda Asuh Anak Stunting, Sukardiasih menyebut mereka memiliki peran penting selain mensosialisasikan stunting juga untuk membantu UMKM yang ada di desa – desa seperti dengan memberikan pelatihan – pelatihan. “Jadi untuk menjadi Bunda Asuh Anak Stunting ini tidak melulu soal sembako. Karena kita harus identifikasi keluarga yang beresiko stunting itu dari apa. Misalnya dari faktor ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Karena kalo sudah ekonominya bagus dia pasti bisa memilih mana makanan yang bagus dan bergizi yang bisa diberikan kepada anaknya. Sehingga nutrisi yang dibutuhkan anak bisa terpenuhi,” pungkasnya.

Sumber : Humas Jembrana