Presiden RI Ke-5 Hj. Megawati Soekarnoputri menghadiri Seminar Haluan Pembangunan Bali dalam jangka 100 tahun kedepan di Trans Resort, Seminyak, Badung, Jumat (5/5)
Denpasar, (Metrobali.com)-

Merumuskan haluan dan visi masa depan Bali untuk 100 tahun ke depan adalah kesia-siaan. Jangankan memprediksikan keadaan 100 tahun, untuk 5 tahun ke depan saja sangat sulit, dalam fenomena dan trend global yang bercirikan VUCA. Volatility (kelabilan), Uncertainty (ketidak pastian), Complexity (keruwetan) dan Ambiguity (ketersemaran).
Hal itu disampaikan pengamat kebijakan publik Jro Gde Sudibya, menanggapi Seminar Haluan Pembangunan Bali dalam jangka 100 tahun kedepan di Trans Resort, Seminyak, Badung, Jumat (5/5).
Seminar ini membahas bagaimana Bali dapat maju sekaligus mempertahankan kearifan lokalnya dalam 100 tahun ke depan.
Menurut Jro Gde Sudibya visi ini hanya sebatas Ilusi, Wishfull Thingking  (hanya diangan angan). Belum kita bicara ketegangan berlanjut antara AS – CHINA dan implikasinya terhadap masalah geo  ekonomi dan geo politik global.
Menurutnya, semestinya Pemda Bali lebih fokus terhadap persoalan nyata di hari-hari ini, yang memerlukan solusi segera.
“Kita lihat data dan fakta di lapangan angka kemiskinan di Bali yang semakin naik. Pada bulan Maret 2019 3.17%, Maret 2023 4.3%. Kenaikan kemiskinan 1.2% dari basis data Maret 2019, berarti kenaikan jumlah orang miskin sekitar 33%. Jumlah kenaikan orang miskin yang besar,” kata Jro Gde Sudibya.
Hal lain yang perlu mendapat penanganan dari Gubernur Bali, kata Jro Gde Sudibya kerusakan lingkungan yang massif: alih fungsi lahan hutan, rusaknya Danau dan lingkungannya, konversi lahan pertanian yang tidak terkendali.
“Masih banyak lagi yang mesti mendapat perhatian dari pemerintah daerah, misalnya kebijakan pariwisata yang lebih terpadu, akibat persoalan di lapangan yang berat yang tidak pernah dialami sebelumnya. Kini kita lihat fenomena kekerasan di lapangan antara wisatawan dengan penduduk lokal Bali, karena ketersinggungan,” kata Jro Gde Sudibya.
Menurutnya, ampak sosial kultural, lingkungan dari proyek mercu suar yang tidak direncanakan dengan matang jangan dipandang enteng. Jangan hanya dilihat bangunan yang megah akan tetapi merusak kultur budaya dan alam lingkungan Bali.
“Filosofi kepemimpinan dan perumusan kebijakan publik mengajarkan, sebelum merumuskan haluan dan visi masa depan apalagi berdimensi jauh ke depan, persoalan-persoalan nyata dan struktural di hari-hari ini, dipetakan dengan baik, dengan paket program solusinya,” kata Jro Gde Sudibya.
Tanpa persyaratan ini, kata Jro Gde Sudibya, bahwa visi masa depan hanya sebatas angan-angan, wacana kosong tanpa makna, dan bisa melahirkan prasangka publik, yang berupa sebatas monuver politik sebagai kampanye dini terselubung. (Adi Putra)