Denpasar (Metrobali.com) 

 

Perupa Budi Asih akan menggelar pameran tunggalnya yang kedua mulai 25 November ini di Art Xchange Galeri Sanur. Dalam pameran ini, ibu satu anak ini akan menggelar 20 lukisannya, ada yang digarapnya sejak 2002 silam.

“Karya saya ini dominan bertemakan alam dan lingkungan. Saya banyak terinspirasi dari pohon yang ternyata sangat besar manfaatnya bagi alam dan manusia itu sendiri,” ujar Asih dalam wawancara secara daring yang dipandu owner Galeri Art Xchange Benny Oentoro, Sabtu (19/11) di Sanur.

Karena begitu besarnya kehadiran alam khususnya pohon, maka ia banyak mengangkat tema pohon dalam lukisannya. “Saya juga mengangkat dunia anak dalam karya-karya saya,” tambahnya.

Terkait pohon Budi Asih mengurai begitu besarnya manfaat yang diberikan pohon baik bagi kelestarian alam maupun manusia. Pohon memberi kehidupan, oksigen, air, menjaga alam dan banyak lagi.

“Di alam ini kita banyak menemukan berbagai hal. Namun kalau manusia tak sesuai, merusak alam maka akan timbul bencana. Jadi kita harap manusia bisa seperti pohon, bisa memberi manfaat bagi semua,” tambahnya.

Pada pameran kali ini, lukisan Asih mengusung energi kreatif yang memancarkan ekspresi bebas yang biasa terlihat pada gambar buatan anak-anak. Ungkapan visualnya segar, spontan, ringan, dan imajinatif, tetapi juga menghadirkan keajaiban desain yang rinci, bahkan seringkali canggih dan rumit. Asih seolah mempunyai mekanisme intuitif yang kuat untuk menstrukturkan kelabilan jiwa “autistik” kanak-kanaknya ke dalam pola-pola kesadaran ruang.

Karyanya memancarkan kehendak untuk berekspresi dengan jujur seperti anak-anak. Secara visual, karya Asih memiliki karakter naif yang mengingatkan pada sebentuk dunia citra khas ciptaan anak-anak. Figur-figur dikonstruksikan secara sederhana, meskipun ornamentasinya sering sangat mendetail. Warna-warni lukisannya cerah dan meriah. Suasana dalam karya Asih selalu terasa riuh, ringan, dan riang, meruapkan atmosfir pesta.

Karya Asih terlihat diresapi gaya seni rupa yang disebut art brut. Seniman besar Prancis, Jean Dubuffet, menyebut bahwa art brut mencakup gambar ciptaan anak-anak. Seperti Dubuffet, Asih menciptakan seni dengan aspirasi mendalam terhadap hal-ihwal yang banal dalam kehidupan sehari-hari. Seni Asih mengolah kebanalan eksistensi manusia dan dunia. Asih menggubah “puisi visual” penuh makna dengan menyublimasi pengalaman hidup sehari-hari yang terasa remeh-temeh.

Sebagaimana Dubuffet, Asih menyelami kebanalan realitas untuk mencari puisinya yang tersembunyi dan menggelar perayaan yang kaya dan sublim dalam lukisan. Namun, sikap estetis Asih tampak berbeda dengan Dubuffet yang mencurigai segala bentuk kesempurnaan.

Penggarapan lukisan yang rinci dan telaten menunjukkan keyakinan Asih bahwa seni rupa tetap harus menjunjung tinggi kesempurnaan visual.

Kendati diilhami dunia kanak-kanak yang naif, karya Asih sesungguhnya sama sekali tidak naif.

Harmoni manusia dengan alam dan harmoni manusia dengan sesama merupakan tema yang banyak digarap Asih dalam karya-karyanya. Citraan alam seperti pohon, bunga, dan hamparan sawah banyak mengisi bidang lukisannya. Bersama figur-figur berciri kartun, citraan alam banyak digunakan Asih untuk mengungkapkan kepedulian kuatnya terhadap isu lingkungan. Dalam karya “Air”, contohnya, Asih bertutur tentang air sebagai sumber kehidupan. Urgensi masalah air di tengah ancaman krisis ekologi global dalam kehidupan kontemporer disimbolkan dengan citra gembor atau ceret penyiram tanaman yang kerap muncul dalam lukisan-lukisannya. Banyak karya Asih menjelajahi hubungan manusia dengan sesama, makhluk lain maupun alam.

Dalam karya “Kesetimbangan”, contohnya, Asih menyoroti ketidakharmonisan hubungan itu. Dengan cara yang halus dan elegan, dia melontarkan kritik terhadap perilaku eksploitatif manusia yang mengobjekkan pihak lain, termasuk alam. Dalam karya lain, “Catatan Harian”, Asih mengungkapkan renungannya tentang anak yang diharapkan akan menjadi berkah bagi semesta. (hd)