Klungkung ( Metrobali.com ) 
Di hari ke 2 Selasa (30/7 ) tim LIPI Yogyakarta mempraktekan bikin krupuk dari rumput laut kepada ibu-ibu di Nusa Ceningan sangat antusias. Diantara pelatihan mengolah makanan dengan bahan dasar rumput laut membuat Krupuk termasuk yang cukup diminati. Karena untuk membuat Jely sebenarnya mirip dengan dodol yang bagi sebagian warga disana sudah mengenalnya.
Pelatihan hari kedua yang digelar UPT BPPTK (bukan PKPP red)  LIPI Yogyakarta bekerjasama dengan LSM IDEP dan Pemkab Klungkung berlangsung cukup antusias. Bahkan pelatihan kali ini kedatangan ibu ibu dari kelompok wanita tani asal Lembongan dibawah pinpinan Kadek Sarmini yang selama ini sudah dikenal dengan produksi dodol rumput lautnya. Sarmini sendiri datang bersama dengan beberapa anggota kelompoknya untuk belajar membuat olahan rumput laut lainya seperti Krupuk dan Jely serta permen.

“ Saya ingin belajar mengolah produk produk lainya…agar lebih variasi,” ucapnya. Selama ini dia mengaku mengolah rumput laut dijadikan dodol bersama 28 anggota kelompoknya. Kelompok ini sendiri mengaku memproduksi dodol dalam sebulan tiga kali produksi. Dan sekali produksi membutuhkan 10 kg rumput laut sebagai bahannya. Hebatnya lagi pemasaran buat mereka selama ini tidak ada kendala. “Kami jual di Goa Gala gala,” imbuhnya. Ternyata semua produknya laris menis bahklan banyak wisatawan yang suka. “Kami berharap juga bsia mengoleh krupuk, permen, selei dan Jely,” ujarnya.

Sementara dalam pelatihan bikin krupuk kali ini meterinya diberikan salah satu tim dari LIPI Sri Endartini. Untuk membuat krupuk membutuhkan bahan dantaranya  300 geram rumput laut jenis Eucheuma Cattoni yang masih basah. Selaian itu juga dibutuhkan 200 geram tepung tapioca sebagai bahan campuranya, juga bumbu seperti bawang putih, garam, ketumbar dan air secukupnya. Hancurkan rumput laut dengan blender sampai menjadi bubur. Adonan dimasak diatas kuali hingga lunak. Selanjutnya dimasukan bumbu, tapioca dan kembali di uleni hingga lunak.

Kemudian adonan dibungkus dengan daun pisang kemudian dibungkus plastic lalu dikukus selama 45 menit. Didiamkan semalam. Sementara menurut Dewi Poeloengasih yang juga kordinator pelatihan ini mengatakan tujuan didiamkan selama semalam agar adonan tersebut kaku dan bisa besoknya baru diiris tipis tipis. Krupuk kemudian di goring dan siap di hidangkan. Bahkan hasil olahan tersebut kemarin sudah ikut dinikmati bersama sama para ibu- ibu.

Sementara menurut salah satu peserta adonan tersebut sama sekali tidak ada rasa hamis laut. Padahal selama ini warga mengolah selalu masih ada rasa hamisnya. Salah satu rahasinya nampaknya terletak ke masalah air. Karena warga Ceningan mempergunakan air sumur yang memang airnya payau sehingga masih hamis. Sementara tim mempergunakan air mineral. Memang tidak ada keharusan mempergunakan air mineral namun air bersih yang tidak payau. Hanya saja menjadi air yang tidak payau di Ceningan cukup sulit sehingga terpaksa mempergunakan air mineral.
Sementara itu menurut PPL I Guasti Pujayasa pelatihan pengolahan ini sangat bagus buat petani rumput laut. Karena selama ini menurutnya harga rumput laut yang hasil budidaya sulit diolah menjadi panganan.

“Kalau yang biasa itu jenis rumput laut Jaja yang diolah menjadi Bulung,” ujarnya. Dan untuk jenis ini menurut Puja tidak bisa dibudidayakan. Namun kalau jenis Cattoni dan Spinosum bisa diolah menjadi makanan tentu hal yang baru buat nelayan di Ceningan.
Untuk diketahui Budidaya rumput laut di Nusa Penida termasuk Ceningan dan lembongan ini sudah dilakukan sejak tahun 80 an. Sejak tahun 85 petani sudah mengenal pasar dan menikmati hasil yang cukup bagus. Namun belakangan ini harga anjlok berkisaran Rp 3500 sampai Rp 4000 per kg. sementara bibit rumput laut dua jenis ini didatangkan dari Filipina. Hanya saja diakui Puja kalau pengolahan pasca panen masih kurang. Sementara kwalitas rumput laut di tingkat petani juga diakui masih kurang selain kurang bersih juga kurang kering.
Sementara kendala yang dialami karena di kepulauan tenaga kerja menjadi mahal dan rantai perusahan juga panjang. Bahkan untuk menjual petani sampai melalui tiga kali pengepul. “Kalau bisa diolah seperti ini nampaknya akan menjadi salah satu siolusi, pungkasnya.
Sementara itu menurut Kadus Ceningan Kangin, Ketut Sana mengakui kalau petani melakukan budidaya rumput laut di Ceningan. Namun dia jual mentah dan setelah diolah terkadang dibeli legi oleh petani berupa permen dan jeli. “Kalau bisa kita oleh sendiri akan lebih bagus dan membantu petani,” harapnya.
Sementara tem LIPI Yogyakarta pada hari selasa 31/7 akan memberi latihan mengolah rumput laut menjadi manisan (permen) di tempat yang sama yaitu di Nusa Ceningan, Nusa Penida, Klungkung. SUS-MB