Foto: Komang Agus Satuhedi kembali terpilih sebagai Ketua PRSSNI Bali periode 2020-2024

Denpasar (Metrobali.com)-

Komang Agus Satuhedi kembali terpilih sebagai Ketua Pimpinan Daerah Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Provinsi Bali untuk kedua kalinya.

Ia terpilih sebagai Ketua PRSSNI Bali periode 2020-2024 dalam Musda ke-15 yang digelar secara virtual bertemakan ‘Transformasi Radio Menuju Siaran Sehat Masyarakat Cerdas’, Selasa (24/11/2020).

Agus Satuhedi dipercaya maju sebagai calon tunggal dan terpilih aklamasi sebagai Ketua PRSSNI Bali setelah dianggap berhasil menahkodai organisasi ini sebagai Ketua PRSSNI Bali periode 2016-2020 dan  mempertanggungjawabkan program kegiatan lembaga ini.

“Dari aspirasi teman-teman radio menginginkan saya untuk maju kembali. Saya siap untuk ngayah sesuai dengan arahan,” kata Agus Satuhedi kepada awak media usai Musda.

Sosok dan kiprah Agus Satuhedi sudah dikenal luas di industri penyiaran di Bali khususnya di radio siaran swasta. Ia merupakan Direktur Utama Radio Barong Buleleng sekaligus belum lama ini terpilih sebagai Ketum Kadin Buleleng periode 2020-2025.

Dipercayai memimpin PRSSNI Bali untuk kedua kalinya tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pria yang dikenal sosok bersahaja ini. Apalagi kondisi radio swasta saat ini menghadapi tantangan berat di tengah derasnya banjir informasi dan konten hingga hiburan di media sosial.

Dulu radio menjadi salah satu pilihan utama untuk mendengarkan informasi, hiburan seperti musik dan mendapatkan konten edukasi hingga konten lokal.

Kini peran itu sudah banyak juga diambil para konten kreator seperti Vlogger, Selebgram, YouTuber yang memanfaatkan platform-platform media sosial seperti Facebook, Instragram dan YouTube.

“Saat ini radio seperti harus berkompetisi dengan konten di media sosial. Karenanya pengelola radio swasta harus bisa adaptif, kreatif dan inovatif juga memanfaatkan digitalisasi,” kata Agus Satuhedi mengingatkan para anggotanya.

Karenanya selaku Ketua RSSNI Bali, Agus Satuhedi  berharap radio-radio dikelola dengan profesional, bisa ikut seiring sejalan dengan perkembangan digitalisasi.

“Radio harus masuk juga ke digitalisasi. Misalnya siaran streaming di IG, FB, YouTube. Talkshow juga bisa streaming di media sosial masing-masing,” tuturnya.

Kalau pengelela radio tidak bisa mengikuti perkembangan zaman dan digitalisasi maka radionya akan ketinggalan zaman dan dilibas oleh media sosial. Apalagi faktanya di Bali ada beberapa pengelola radio yang dianggap masih ortodoks, tidak bisa ikuti perkembangan revolusi  industri 4.0 dan kini malah sudah masuk Society 5.0.

“Berubah dan ikuti digitalisasi atau radio akan mati. Tentu kita para pengelola radio ini tidak mau rasio kita tinggal kenangan dan sejarah,” tegas Agus Satuhedi.

Pengelolaan radio di Bali juga diharapkan terus melakukan terobosan, mencari formulasi yang tepat dalam membuat konten dan bisa mulai menggarap menyasar segmen audience/pendengar khusus seperti generasi Z.

Generasi Z atau biasa disebut gen Z adalah generasi yang lahir setelah generasi Y. Kumpulan orang yang termasuk ke dalam generasi ini adalah mereka yang lahir di tahun 1995 sampai dengan 2010.

Umumnya mereka yang merupakan generasi Z disebut juga sebagai iGeneration atau generasi internet atau generasi net. Mereka selalu terhubung dengan dunia maya dan dapat melakukan segala sesuatunya dengan menggunakan kecanggihan teknologi yang ada.

“Kita harus siap buat konten untuk generasi Z,” kata Agus Satuhedi sembari menambahkan baginya ke depan radio harus mengarah ke satu segmen konten khusus, misalnya pendidikan, teknologi atau yang lain untuk memenuhi kebutuhan informasi, hiburan maupun edukasi bagi Gen Z ini.

Sementara itu Gubernur Bali, I Wayan Koster yang hadir dalam musda virtual ini saat menyampaikan sambutannya mengapresiasi peran media dalam mewujudkan visi dan misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali dari pembangunan semesta berencana menuju Bali era baru dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat hingga ke pelosok desa.

Salah satunya adala peran radio, baik radio pemerintah, daerah, maupun swasta. “Saya bangga dengan peran kehadiran radio. Selain masyarakat menggunakan multimedia dengan media sosialnya tetapi tetap menggunakan media konvensional seperti radio,” ujarnya.

Lebih lanjut, Gubernur Koster mengatakan hal tersebut merupakan perkembangan yang baik dan positif yang harusnya dikembangkan lebih optimal.

Agar masyarakat juga bisa menggunakannya dengan positif bagi kepentingan pribadi, keluarga, maupun lingkungan.

“Saya sepenuhnya mendukung kehadiran radio-radio swasta milik masyarakat. Kekuatan radio swasta harus dikonsolidasi agar solid dan mampu menjalankan fungsinya secara optimal,” pungkasnya. (wid)