Jro Gde Sudibya pengamat ekonomi dan kebudayaan

Denpasar, (Metrobali.com)-

Ternyata Tol Jagat Kerthi Bali Ternyata Banyak Masalah. Proyek ini dari sejak awal sudat sarat dengan berbagai permasalahan. Hal tersebut dikatakan Jro Gde Sudibya pengamat ekonomi dan kebudayaan, Senin (19/9) menyikapi sejumlah keluhan masyarakat yang terdampak jalan tol Mengwi-Gilimanuk.

Menurutnya, masalah itu muncul mulai dari masalah izin lingkungan. Ini belum ada, amdal tentang  dampak lingkungan bagi penduduk yang dipindahkan tidak ada.

“Proses ganti rugi belum ada, negosiasi untuk kawasan termasuk banyak pura yang terkena jalur tol. Ada sekitar 110 KK karyawan Perusda kesannya ” diusir “,” katanya.

Ini lanjut dia, termasul kategori proyek ” unsociated ” yang melibatkan swasta dengan rencana proposal integrated golf project di Pekutatan, Jembrana yang sedang dijajagi,  akan tetapi sudah terlanjur melakukan ground breaking. Tetapi ini terkesan sermonial. Dan nyatanya untuk selanjutnya belum ada tanda tanda on progres yang akan dilakukan.

“Ini termasuk proyek yang ugal-ugalan, akan tetapi beberapa pakar difarming mendukung penuh proyek itu, walau di sana sini masih perlu kajian yang konfregensi menyangkut dampak lingkungan, sosial, dan budaya,” katanya seraya menambahkan tidak salah disebut “Begeri para bedebah ” merujuk puisi W.S.Rendra dalam karya dramanya yang bertema Pangeran Reso.

“Kita hanya mengingatkan agar ekstra hati-hati dalam memutuskan proyek jalan tol ini, untuk tidak nantinya menjadi proyek mangkrak simbol kegagalan kepemimpinan,” tambahnya.

Diingatkan, kita mesti belajar dari proyek kontroversial KA Cepat Jakarta – Bandung yang dananya proyeknya membengkak, tidak layak secara ekonomi karena tingkat pengembalian investasinya di atas 100 tahun.

Selain itu, kita harus belajar juga dari Bandara Kulon Progo DIY yang investasinya besar dan tingkat kelayakannya rendah. Demikian pula untuk Bandara Kertajati Jawa Barat.

Kita juga mesti merenung dari Bagian akhir Puisi Sajak Sebatang Lisong WS Rendra :

Inilah sajakku

Pamplet masa darurat.

Apakah artinya kesenian,

bila terpisah dari derita lingkungan.

Apakah artinya berpikir,

bila terpisah dari masalah kehidupan.

19 Agustus 1977

Penulis : Nyoman Sutiawan