Foto: Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Buleleng, Made Suparjo.

Buleleng (Metrobali.com)-

Buleleng merupakan sentra pertanian terbesar di Bali, dengan memiliki berbagai produk lokal khas seperti anggur, kopi, mangga, manggis, rambutan, hingga durian. Komoditas manggis Buleleng bahkan sudah tembus pasar ekspor dan Buleleng menjadi salah satu sentra ekspor manggis dari Pulau Dewata.

Namun tidak hanya potensi ekspor yang besar, potensi membangun industri pengolahan manggis di Buleleng juga sama besarnya. Karenanya Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Buleleng, Made Suparjo Pemerintah Kabupaten (Pemkba Buleleng) agar mulai melakukan hilirisasi atas komoditas pertanian manggis untuk meningkatkan nilai tambah petani misalnya dengan membangun industri olahan manggis dan produk turunannya.

“Tidak hanya ekspor, kita dorong agar di Buleleng dibangun industri pengolahan manggis,” kata Suparjo, Rabu (26/1/2022).

Suparjo menjelaskan manggis, buah yang terkenal dengan julukan “ratunya buah” ini memiliki segudang manfaat yang sangat baik bagi kesehatan. Manggis juga bisa diolah secara modern sehingga menghasilkan beragam produk olahan atau produk turunan dan mempunyani nilai ekonomis lebih tinggi.

Adapun beberapa produk hasil pengolahan buah manggis antara lain tepung kulit manggis, sirup buah manggis, sari buah manggis dan sari kulit manggis.

Dengan dukungan bahan baku yang ada, Suparjo menilai Buleleng sangat potensial mengembangkan industri olahan manggis. “Saya rasa Buleleng sudah sangat siap membangun industri olahan manggis. Sekarang tergantung political will dan dorongan Pemda untuk mewujudkan ini,” ujar Suparjo.

Politisi senir NasDem melihat ada sejumlah modal kuat mengembangkan industri pengolahan manggis. Pertama, dukungan luasan bentang lahan pertanian yang sangat luas dan masih memungkinkan untuk meningkatkan luasan kebun manggis dan mendapatkan bahan baku yang lebih banyak.

Kedua, dari sisi dukungan kelembagaan dan akses membuka pasar, Pemkab Buleleng sudah punya perusahaan daerah (perusda) yang bergerak di bidang pertanian. Tinggal peran perusda ini dioptimalkan untuk menangkap peluang industri olahan manggis ini termasuk membuka ruang dan menarik masuknya investor.

“Sebetulnya perusda ini bisa berperan menangani dari hulu sampai ke hilir di pertanian termasuk industri olahan manggis. Tentunya sinergi dengan Dinas Pertanian dan stakeholder terkait,” tegasnya.

Di sisi lain Suparjo mendukung dan mendorong agar gelaran Festival Buah Manggis bertajuk “World Mangosteen Fiesta” atau Festival Manggis Dunia bisa kembali dilaksanakan dan dilanjutkan serta agar bisa menjadi event rutin tahunan di Buleleng.

Tujuannya jelas untuk semakin mendongkrak komoditas unggulan manggis dari Buleleng makin berjaya di pasar ekspor, mengedukasi petani melakukan budidaya manggis yang benar serta menciptakan makin terbaik kualitas ekspor sehingga bisa meningkatkan produktivitas dan kesejahateraan petani.

“Kita dukung World Mangosteen Fiesta atau Festival Manggis Dunia agar terus digelar melihat gelaran pertama di tahun 2019 sangat sukses. Saat ini karena pandemi festival itu tidak bisa berjalan sesuai agenda, jadi kami dorong tahun depan agar bisa dilanjutkan,” pungkas Suparjo. (dan)