Pelaku Mengaku Minta Maaf dan tak Berniat Buat Jaringan FPI di Singaraja
 
mekel desa tegalinggah bersma muspika
Mekel desa Tegalinggah bersma Muspika Kecamatan
Buleleng, (Metrobali.com)-
Keberadaan spanduk (poster) bergambar Habib Rizhieq Shihab (HRS) bertuliskan Front Pembela Islam (FPI) yang baru diketahui pada tanggal 24 Juni 2017 di Masjid Nurul Huda, Dusun Munduk Kunci, Desa Tegalinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng yang sempat menghebohkan warga sekitarnya dan tersebar melalui medsos, sempat tidak diketahui (masih misterius) siapa pelakunya.
Namun setelah melalui penelusuran dan kesigapan Kepala Desa (Perbekel) Tegalinggah, Ketut Mudarna, sehingga oknum pemasang spanduk tersebut bisa terungkap yakni sebanyak 11 orang pemuda yang merupakan para pemuda warga setempat. Dengan terungkapnya pemasang spanduk HRS, selanjutnya dari pihak desa dinas dalam hal ini Perbekel Desa Tegalinggah meminta agar ke 11 orang tersebut pada Jumat (30/6) datang ke kantor desa guna mendapat pengarahan lebih lanjut.
Dalam pantauan metrobali.com di kantor desa Tegallinggah, salah satu pelaku pemasang spanduk HRS yang bernama Malik Abdul Azis mengaku tidak ada niat untuk membangun jaringan FPI di Desa Tegalinggah, melainkan hanya sekedar memasang poster sebagai wujud mengidolakan ulama Habib Rizhieq Shihab. ”Kami tidak ada niat membentuk FPI, hanya karena mengidolakan Habib Rizhieq Shihab” terangnya
Iapun menyatakan minta maaf atas apa yang telah dilakukannya itu, karena tidak mengetahui secara jelas tentang aturannya.”Saya minta maaf kepada masyarakat desa, begitu juga dengan Nyama (keluarga) Bali serta aparat desa dan Muspika Sukasada” tandas Abdul Azis
Sementara itu IM (19) mengakui jika spanduk berukuran 2×1 bergambar HRS itu adalah miliknya yang dibawa dari Jawa. Ia membawa spanduk itu, usai mengikuti pendidikan di salah satu pondok pesantren (Ponpes) sekitar 2014 silam.”Saya hanya menyimpan posternya saja dirumah dan untuk dipergunakan sendiri” ungkapnya.
Selanjutnya ia menambahkan pada saat malam takbiran menjelang hari raya Idul Fitri, dirinya itu bersama teman-temannya saat takbiran membawa poster itu berkeliling menggunakan mobil.”Usai takbiran, kami memasang poster HRS di pagar Masjid Nurul Huda, Desa Tegalinggah,”Kami memasang poster HRS itu, adalah murni lantaran rasa kagum dan mengidolakan sosok HRS, beliaunya itu adalah keturunan Nabi. Yang jelas, perbuatan kami itu tidak ada maksud lain, apalagi mau mendirikan ormas FPI” terangnya.
Secara terpisah Perbekel Desa Tegalinggah, Ketut Mudarna yang didampingi Camat Sukasada Made Dwi Adnyana
dan Kapolsek Sukasada Kompol Ketut Darmita secara tegas menyatakan tidak menerima aliran radikalisme maupun intoleransi terhadap kerukunan umat beragama di Desa Tegalinggah
.”Kami nyatakan menolak radikalisme di Desa Tegalinggah. Kami juga mengapresiasi dengan baik, dimana melalui pengarahan dan mediasi persoalan bisa diselesaikan dengan baik dan tidak ada menyinggung perasaan antara yang satu dengan yang lainnya” ujarnya.
”Begitu juga dengan para pemuda yang telah mengakui memasang spanduk atau poster bergambar HRS, kedepannya nanti tidak akan mengulanginya lagi yang dituangkan melalui penyataan sikap. Hal itu dilakukan demi tetap terjaga keharmonisan antar warga dan kondusifitas Desa Tegallinggah bisa terjaga dengan baik” ujar Mudarna menambahkan.
Iapun mengatakan ke 11 orang itu membuat pernyataan tidak akan mengulangi perbutannya itu serta siap mendapat sangsi. GS-MB