Siswa-siswi SMP Katolik St Loyola - Labuan Bajo

Siswa-siswi SMP Katolik St Loyola – Labuan Bajo saat membawakan drama berjudul ‘Hutang Membawa Petaka’, yang diangkat dari cerita rakyat tentang Watu Timbang Raung.

Labuan Bajo (Metrobali.com) –

Tari Sekar Jagat, salah satu tarian khas asal Bali, turut memeriahkan Festival Komodo 2017 yang dilaksanakan di Pelataran Objek Wisata Batu Cermin Labuan Bajo, Senin (27/2) malam. Tari Sekar Jagat ini dibawakan oleh penari dari Paguyuban Bali – Labuan Bajo, Manggarai Barat.

Pementasan Tari Sekar Jagat ini menyedot perhatian ratusan pengunjung Festival Komodo, yang terdiri dari wisatawan asing, pejabat daerah Kabupaten Manggarai Barat, serta masyarakat Labuan Bajo dan sekitarnya. Pada kesempatan tersebut juga dipentaskan Drama Tari Rama-Shinta, oleh Paguyuban Bali – Labuan Bajo.

Tari Sekar Jagat merupakan tarian yang biasanya dipentaskan sebagai tari pembukaan dalam suatu acara. Tarian penyambutan khas dari Pulau Dewata ini menggambarkan kegembiraan para penari dalam menyambut para tamu yang hadir. Kegembiraan ini diungkapkan melalui keindahan gerak.

Tari Sekar Jagat berasal dua suku kata yaitu dari kata “Sekar” berarti bunga yang harum dan “Jagat” adalah dunia. Dengan demikian, tari ini bisa berarti pula tarian bunga di taman yang harum di seluruh dunia. Tarian yang diciptakan oleh N. L. N. Swasthi Wijaya Bandem, yang juga sebagai penata busananya, pada tahun 1993 dalam rangka pembukaan Pameran Wastra Bali di Jakarta ini, menggambarkan damainya dunia dengan semerbak kembang – kembang bunga yang menghiasinya.

Selain Tari Sekar Jagat, sejumlah kesenian lainnya juga dipentaskan di arena Festival Komodo 2017 ini. Salah satu pementasan yang juga menyedot perhatian pengunjung Festival Komodo 2017 adalah penampilan Sanggar Manik Laing dari SMP Katolik St Loyola – Labuan Bajo.

Pada kesempatan tersebut, siswa-siswi SMP Katolik St Loyola – Labuan Bajo membawakan drama berjudul ‘Hutang Membawa Petaka’. Drama ini diangkat dari cerita rakyat tentang Watu Timbang Raung, yang berada di wilayah Desa Rego, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat. Watu Timbang Raung merupakan salah satu objek wisata berupa batu dengan ketinggian ratusan meter, dengan bentuk menyerupai bukit.

Dalam drama tersebut, dikisahkan asal usul hingga batu tersebut diberi nama Watu Timbang Raung. Dikisahkan, seorang petani yang berprilaku sangat buruk dalam hidupnya, yakni gandrung meminjam uang. Dengan alasan menggarap sawah hingga hasil panen tak memuaskan, petani ini selalu meminjam uang kepada petani lainnya hingga Sultan Bima.

Kebiasaan buruk petani ini berakhir tragis, ketika pada akhirnya ia tak mampu membayar hutang. Sebab Sultan Bima dan masyarakat, akhirnya menghukum petani itu dengan cara unik. Mereka meminta, agar anak gadis petani itu melunasi utang orangtuanya dengan memanjat Watu Timbang Raung dan melakukan ritual ‘Rono’, membersihkan rambut dengan kelapa, di puncak Watu Timbang Raung.

Karena mencintai orangtuanya, sang gadis itu pun rela mendaki Watu Timbang Raung dan menggelar ritual di puncaknya. Beruntung, dalam usahanya tersebut, sang gadis selamat dan seluruh hutang orangtuanya dianggap lunas. LBJ-MB