Denpasar, (Metrobali.com)

Melihat catatan karier Ganjar Pranowo (GP) di Komisi Dua DPR dan juga Gubernur Jateng biasa-biasa saja, marginal achievement. Tetapi dalam sejarah perpolitikan Indonesia, calon Presiden dari suku Jawa yang Nasionalis pantas untuk disimak, dengan catatan jangan terlalu percaya pada politisi, yang sering “berujung ” kekecewaan.

Hal itu dikatakan pengamat politik Jro Gde Sudibya, Selasa 25 April 2023, menanggapi soal pecalonan Ganjar Pranowo sebagai Capres dari PDI Perjuangan.

Dikatakan, untuk merawat marwah demokrasi tugas kita bersama memberikan kritik konstruktif. Tantangan bagi GP untuk meningkatkan citra publiknya di bulan-bulan mendatang sebagai berikut.

“Bagaimana “mengkompromikan” citra sebagai petugas partai dengan mengemban tugas sebagai pejabat negara apalagi setingkat Presiden. Citra sebatas petugas partai agaknya akan berdampak serius terhadap elektabilitasnya, terlebih-lebih bagi pemilih muda,” katanya.

Ditambahkan, oleh sebagian pengikutnya, GP dicitrakan sebagai Marheinis sejati, untuk tidak sebatas jargon politik, GP mesti menjelaskan komitmentnya dan keperpihakan pada “wong cilik” dalam realitas ekonomi yang timpang.

Menurut Jro Gde Sudibya, data dari sebuah bank internasional mengungkapkan satu persen penduduk berpendapatan tertinggi menguasai aset nasional sebesar 44 persen, 10 persen penduduk berpendapatan tertinggi menguasai 74 persen aset nasional.

Selama ini, kata Jro Gde Sudibya, publik mempersepsikan keunggulan GP lahir dari kuatnya pencitraan di medsos yang kemudian tergambarkan dalam keunggulan “populair vote” dari sejumlah lembaga survei.

“Semestinya GP mulai mensosialisasikan visi dan komintmentnya untuk isu-isu yang lebih serius tentang mengelola kebhinekaan, pilihan solusi dalam mengelola krisis iklim, dan respons terhadap dinamika geo politik dan geo ekonomi yang semakin sulit diprediksikan ke depan,’ kata Jro Gde Sudibya. (Adi Putra)