Ilustrasi 

Karangasem, (Metrobali.com)-

Emangmya ke Besakih untuk makan sate, bersenang-senang layaknya ke Mall? Memarkir kendaraan di atas sebelah berat Titi Gonggang, kalau mebhakti ring Pura Titi Gonggang tetuek kayun menghadap gedung jangkung parkir nan “angkuh”, berarti disarankan pemedak memuja kekayaan, kekuasaan di dunia maya ini.

Hal itu dikatakan Ketua Forum Penyadaran Dharma Jro Gde Sudibya, Minggu 9 April 2023 menanggapi salah satu berita yang dishare di media sosial bahwa pedagang sate di kawasan Pura Besakih berterima kasih kepada Gubernur Bali Wayan Koster.

“Menikmati sate dan fasilitas Gedung Terminal Bertingkat, BUKAN, memaknai Pura Besakih sebagai wahana suci, CAKRA NUNGGALING SUNYA, menghidupkan Cakra dalam diri, untuk mengentaskan “hukum” Punarbhawa, hukum berkelanjutan Samsara,” kata Jro Gde Sudibya kepada metrobali.com.

“Jangan-jangan pemimpin yang bertanggung jawab ini, pemimpin sontoloyo, dan melakukan praktek politik “dagang sapi”.? Benar-benar prahara di Pulau Dewata.” katanya.

Semestinya, lanjut Jro Gde Sudibya, tangkil Metirtha Yatra dan atau Newa Sraya (meminjam istilah rekan senior IB.Oka Puniatmadja, nama walaka beliau), berupaya mendekatkan diri dan “bertemu” dengan para Dewa, semestinya sudah dimulai dengan melakukan penunggalan “bayu, sabda, idep” semenjak mulai tangkil ring Pura: Dalem Puri, Prajapati, Titi Gonggang dan memasuki wilayah “Kesadaran” mendaki” memasuki Pura Manik Mas dan kemudian “Jejer Kemiri Pura ring sawewongkon palebahan Basukhian”.

“Bukan memikirkan makan sate, kegiatan pamer duniawi dan rupa-rupa kesenangan lainnya, di palebahan suci yang semestinya lebih ketat dalam pengendalian diri, nelimbakang kayun “nyujuh sunya”, seperti yang ditelandankan oleh para orang orang suci yang berelasi dengan Pura Besakih.

Menyebut beberapa para Rsi Markandya, Mpu Semeru, Sangkul Putih, Mpu Baradah, Dang Hyang Dwijendra, Mpu Sidhimantra hendaknya dipakai surituladan bagi generasi muda di Bali. Tidak sebaliknya, justru sekarang berbanding terbalik dengan guru guru suci yang telah mengajarkan tentang keheningan dan ketulusan hati saat memasuki Gerbang Pura Besakih yang sangat disucikan oleh umat Hindu seluruh Indonesia dan dunia. (Adi Putra)