Metro Nikki

 Denpasar (Metrobali.com)-

Pemberitaan radikal terorisme dan ISIS di media massa kembali menjadi topik hangat dalam acara sosialisasi yang bertemakan “Posisi dan Peran Strategis Media Massa dalam Upaya Penangkalan dan Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Provinsi Bali” yang digelar atas kerjasama Portal Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bali Jumat, 13 Nop 2015 di Denpasar Bali.

Selaku Pembicara, Ketua PWI Bali Dwikora Putra mengatakan Pers “Jangan memberitakan terorisme dengan telanjang, Pers harus memberitakan terorisme dengan bijak karena isu terorisme kini sangat seksi dan digandrungi oleh Pers, bahkan sampai melewati batas bahkan kebablasan”, terang Dwikora dihadapan peserta.

“Tayangan penyergapan pelaku yang diduga teroris di televisi nampak seperti film perang, Pers harus hati-hati, pemberitaan harus dilakukan dengan kesadaran dan tanggungjawab kepada negara. Jangan sampai pemberitaan justru memberi manfaat kepada pelaku teroris dari pada kepentingan masyarakat, dampak ikutan dari dari pemberitaan jauh lebih berbahaya, media perlu melakukan self sensor”, tandas Dwikora.

Berikutnya pembicara dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali, Made Nurbawa mengajak masyarakat memahami dunia penyiaran dan kaidah jurnalistik dengan benar untuk melindungi diri dan keluarga agar terhindar dari dampak buruk siaran yang kurang sehat. Dikatakan,“pesatnya teknologi informasi saat ini melatarbelakangi niat bertransformasi menuju era media yang berkonvergensi, yaitu era ketika suatu informasi dikelola dan disebarluaskan secara simultan melalui berbagai format media, karena mengejar rating siaran pun sering sekedar komuditas ketimbang kualitas”, paparnya.

“Di era digital, hati-hati dengan perangkap konvergensi karena saat ini pelaku media baru sebatas memanfaatkan teknologi, sementara prilaku dan kualitas SDM/pekerja media belum memadai. Dari sisi aturan bidang penyiaran, faktor kualitas SDM dan bidang struktur/sistem penyiaran menjadi perhatian oleh KPI karena sangat berpengaruh terhadap manajemen dan kebijakan lembaga penyiaran dalam memproduksi program siaran yang berkualitas, khususnya terkait isu penangkalan dan pencegahan paham radikal terorisme dan ISIS”, terangnya.

Sementara dari Kodam IX Udayana menyampaikan materi dengan tema : “Strategi Kodam IX/Udayana dalam upaya penanggulangan dan pencegahan radikal terorisme dan ISIS”.Hadir sebagai pembicara Wakil Asisten Intelejen Kodam IX Udayana Armansyah, SH. Disampaikan, saat ini banyak masuk paham baru ke Indonesia yang bertentangan dengan Idiologi kebangsaan Pacasila. “Keyakinan masyarakat terhadap Idiologi Pancasila kini semakin “terancam” oleh berbagai kekuatan dan kepentingan luar yang tidak kelihatan, kini masyarakat mudah di pecah-pecah, pembunuhan karakter terjadi dimana-mana, hilangnya semangat gotong royong dan sebagainya”, tandas Armansyah.

“Semua pihak wajib ikut menangkal dan mencegah munculnya paham radikal terorisme dan ISIS di Indonesia. Paham radikal terorisme dan ISIS kini sudah masuk ke Indonesia, semestinya media ikut bertangungjawab mengapa ISIS bisa masuk ke Indonesia”, pungkas Armansyah.

Sebelumnya beberapa instasi juga hadir menyampaikan materi, antara lain dari : Pemerintah Daerah Provinsi Bali dan Deputi I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.

Acara sosialisasi dihadiri pekerja media, ormas, dan instansi terkait, selanjutnya sosialisasi ditutup oleh Kepala Kesbanglinmas Provinsi Bali yang juga selaku ketua FKPT Bali, Drs. I Gede Putu Jaya Suartama, M.Si. Dalam sambutan penutupan Putu Jaya mengajak semua pihak menjaga Bali supaya tetap aman dan damai. MN-MB