Denpasar (Metrobali.com)-

Sangat memprihatinkan hidup Ketut Sareng, warga Lingkungan Satria, Kelurahan Pendem, Kabupaten Jembrana, Bali.

Pria yang bekerja sebagai penjual barang rongsokan itu tak memiliki tempat tinggal. Sebelum tergusur, Ketut Sareng memiliki rumah untuk sekedar bertahan dari sengatan matahari dan hujan badai. Keluarga Ketut Sareng hidup menumpang di lahan milik warga sejak 11 tahun lalu.

Ia lantas mendirikan gubuk. Seiring berjalan waktu, gubuk itu kini telah reot. Kondisi dapur sudah dimakan usia. Gubuk itu nyaris roboh. Sialnya, lahan tempat ia menumpang kini telah dijual oleh pemiliknya. Alhasil Ketut Sareng terusir. “Sekarang saya sudah diusir, karena tanahnya sudah dijual. Semoga ada dermawan yang bersedia membantu,” ujar Ketut Sareng, Selasa 3 Maret 2015.

Untuk bertahan hidup bersama istri dan anaknya yang menderita keterbelakangan mental, Ketut Sareng hanya mengandalkan hasil dari berjualan barang bekas.

Di malam hari, Ketut Sareng beserta istri dan anaknya tidur beralaskan tanah. Jika hujan, terpaksa ia mencari tempat berteduh.

Ketut Sareng mengaku pengahsilannya dari penjualan barang bekas hanya sebesar Rp5 ribu per hari. Jumlah ini jauh dari kata cukup untuk menghidupi keluarganya.

“Pekerjaan saya hanya cari rongsokan. Beginilah keadaan saya. Penghasilan saya tidak tentu. Kadang ada, kadang Rp5 ribu, kadang Rp4 ribu. Cukuplah untuk beli beras sekilo,” katanya.

Ketut Sareng kini hanya bisa berharap ada bantuan dari dermawan maupun pemerintah. Dalam hati kecil Ketut Sareng hanya berharap bisa tinggal di rumah yang layak besama keluarganya. Sementara untuk hidup sehari-hari, ia mengaku masih mampu bekerja sebagai pengumpul barang bekas. JAK-MB

activate javascript