Ritual unik yaitu Metigtig atau disebut juga siat sampian  digelar di Desa Adat Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Selat, Karangasem, pada Senin (15/10/2019).
KARANGASEM, (Metrobali.com) –
Ritual unik yaitu Metigtig atau disebut juga siat sampian kembali digelar di Desa Adat Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Selat, Karangasem, pada Senin (15/10/2019).
Digelarnya ritual Siat Sampian ini menandakan bahwa tahapan Aci Usaba Goreng yang sudah berlangsung sejak tanggal 06 Oktober 2019 lalu tersebut telah memasuki tahap akhir yaitu Perejangan Sipungkur.
Dalam prosesinya, sebelum ritual “Matigtig” ini dilaksanakan, terlebih dahulu diawali dengan ritual “mendet” atau metabuh dengan menggunakan sarana tuak, arak dan air. Mendet sendiri dilakukan oleh seluruh peserta metigtig yaitu Jero Desa Sangkepan yang berjumlah sebanyak 28 orang.
Setelah tiga kali ritual Mendet dilaksanakan, kemudian dilanjutkan dengan ritual serupa hanya saja seluru Desa Sangkepan dibagi menjadi dua kelompok lalu “mendet” hanya saja prosesi mendet sedikit berbeda dimana satu kelompok membawa petabuhan sementara kelompok lainnya bertugas untuk mengambil petabuhan itu sambil menari sebelum akhirnya ditumpahkan.
Prosesi mendet yang kedua tersebut juga berlangsung sebanyak tiga kali, begitu petabuhan terakhir ditumpahkan, seluruh peserta atau jero Desa Sangkepan kemudian berlari menuju tembok diareal Utama Pura Puseh untuk mengambil Sampian yang telah dirituali yang ditaruh diatas tembok.
Begitu berhasil meraih sampian yang terbuat dari janur tersebut, para Jero Desa Sangkepan yang berjumlah 28 orang ini kemudian langsung saling menyerah satu sama lainnya diareal jaba tengah Pura Puseh. Tak jarang ditengah ritual siat sampian ini, udeng para peserta sampai terlepas, bahkam tak jarang ada juga yang sampai memar terkena sambaran sampian.
Namun, meski berlangsung cukup sengit. Usai ritual metigtig ini dilaksanakan seluruh peserta yang berjumlah 28 orang tersebut kembali saling berbaikan satu sama lainnya.
Sementara itu terkait dengan ritual Siat Sampian ini, menurut Bendesa Adat Geriana Kangin, I Ketut Yasa. Ritual ini dilaksanakan pada upacara Perejangan Sipungkur atau tahapan terakhir dari Aci Usaba Goreng yang telah berlangsung sejak tanggal 6 Oktober 2019 lalu.
Rangkaian awal Aci Usaba Goreng, diawali dengan Upacara Pengambuhan, setelah itu dilanjutkan dengan Upacara Pebantenan kemudian Pemeosan Sidumun dan Perejangan Sidumun. Begitu juga untuk tahapan selanjutnya hingga sampai dengan tahapan terakhir yaitu Perejangan Sipungkur pada hari ini, Senin (14/10/2019).
Untuk ritual Siat Sampian, dijelaskan Ketut Yasa bahwa memiliki maknanyan tersendiri baik dari sisi sekala mupun niskala. Dari sisi Niskala ritual Metigtig ini bisa dimaknai sebagai simbol ngayab untuk semua sarana Banten yang telah dihaturkan apabila ada yang kurang dalam sarana Banten selama piodalan berlangsung maka dilengkapi lewat ritual Metigtig ini.
Selain itu, ritual ini juga memiliki makna nyomia atau menetrarisir  kekuatan negatif sehingga seluruh rangkaian ritual bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Sementara dari sisi Sekalanya, ritual ini dimaknai sebagai ungkpan rasa suka cita karena selama proses dilangsungkannya upacara Aci Usaba Goreng tidak ada hambatan yang berarti dan sudah berjalan dengan baik dan lancar sejak awal tahapanya.
“Ritual Siat Sampian ini, hanya bisa diikuti oleh Jero Desa Pemucu yang berjumlah sebanyak 28 orang,” kata Bendesa Ketut Yasa didampingi Jero Mangku Gede Nuragia dan Jero Mangku Diatmika.
Pewarta : Suartawan
Editor : Whraspati Radha