Klungkung ( Metrobali.com )-

Rombongan Suwirta dengan berpakaian adat pada Jumat ( 18/9 ) sekira pukul 18.00 wita dari penginapan milik warga yang ada di Ped Nusa Penida menuju Desa Tanglad. Dengan menempuh jarak  kurang lebih 20 Km sepanjang perjalanan itu rombongan mendapat goncangan dimobil itu dikarenakan jalan yang dilalui tidak semulus jalan yang ada di daratan Klungkung. Kondidi jalan ini betul-butul parah apalagi jalan menuju Tanglad menanjak dengan tikungan tajam dan sebelah kiri jurang sungguh sangat berbahaya.
Metrobali.com yang turut serta dalam rombongan melihat jalan yang dilalui sangat dan teramat parah sepertinya tidak mendapat perhatian Pemkab Klungkung. ” Jalan yang ada sudah dua periode bupati Candra tidak pernah diperbaiki ” ujar sang sopir.

 Tampak Suwirta hanya manggut-manggut tidak banyak bicara namun sepertinya jalan jalan itu menjadi perhatiannya. ” Wah jro Mangku awas hati-hati ” kata Suwirta mengingatkan sang sopir.

Di sepanjang jalan nampak kering kerontang. Pohon jati yang ada daunnya berguguran. Apa lagi bukit yang dilalui tetumbuhan semuanya tanpa daun. Sudah lama tidak turun hujan di Nusa Penida hingga di mana-mana tandus, ujar sang sopir.

” Jika ada yang usil membuang puntung rokok atau sengaja membakar sedikit aja pastinya pohon dan semak ini akan ludes dilalap sijago merah, kata Suwirta khawatir.
” Mudah-mudahan tidak ada orang yang jail pak, saut sang sopir.

Sekira pukul 18.30 wita rombongan tiba di Pura Sad Kahyangan Tunjuk Pusuh, Desa Tanglad, Nusa Penida. Begitu turun dari mobil Suwirta disambut krama yang telah menunggu. Satu persatu krama menyalami Suwirta dan Istrinya dan langsung mesuk ke pura itu.

 Di dalam  pura Suwirta disambut pemangku yang ada. Setengah jam kemudain persembahyangan dimulai. Usai melaksanakan persembahyangan Suwirta mendapat kesempatan menyampaikan satu buah kata kepada krama yang ada.

Sementara di sela-sela usai persembahyangan Mangku Wayan Linggih yang didamping Mangku Wayan Suteja mengatakan Jumat ( 18/9 ) piodalan di pura ini yang jatuh  pada hari Budha Kliwon Gumbreg dengan pengempon dua Dusun yaitu Dusun Tanglad dan Dusun Julingan di mana krama pengempon  kurang lebih 500 KK. ” Hari in adalah piodalan yang jatuh pada hari Budha Kliwon Gumbreg, dimana pengempon dua dusun yaitu dusun Tanglad dan dusun Julinga ” ungkap Mangku Wayng Linggih yang didampingi Mangku Wayan Suteja. Pengemponnya ada kurang lebih 500 KK, imbuhnya.

Didamping sang istri, Suwirta mangucapkan terimakasih kepada krama yang ada dan mohon maaf karena tidak bisa membalas SMS yang masuk ketika dinyatakan menang dalam pilkada Klungkung itu dikarenakan banyaknya SMS dan telp yang masuk untuk mengucapkan selamat, katanya.

Kata Suwirta dirinya terpilh sebagai Bupati itu karena rakyat, Suwirta tidak menginginkan masyarakat terutama krama di sini  menyembah-nyembah dirinya, dirinya sama seperti krama juga atau rakyat. Jangan merasa takut untuk datang atau memberikan masukan  kepada dirinya. Mendengar kata sambutan itu krama yang ada mengeplausnya. Usai memberikan kata sambutan satu buah kata Suwirta beserta istri disalami krama, mereka minta diabadikan melalui kamera atau HP yang dibawa.

Tiba di penginapan Desa Ped rombongan istirahat dimana sebelumnya makan malam. Suwirta sempat mengeluh kepayahan dan akan istirahat. ” Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan sembahyang di Pura Ped, karena sangat lelah ” katanya ketika itu. Rombonganpun masing masing masuk ke dalam kamar penginapan yang ada.

Tengah malam menjelang Sabtu ( 19/9 ) sekira pukul 00.25 wita pintu kamar yang ditempati Suwirta bersama istri tiba-tiba ada yang menggedor. Mengetahui pintu digedor sebanyak tiga kali Suwirta sempat memanggil salah satu rombong namun tidak ada jawaban. Istri Suwirta ketakutan dan Suwirta memberanikan diri membuka jendela untuk menengok siapa gerangan yang menggedor pintu kamar yang ditempati. Tidak ada orangpun yang dilihatnya. Tiba-tiba Suwirta menyadari bahwa itu bertanda dirinya diingatkan dan harus segera pergi sembahyang ke Pura Ped.

Suwirta bersama Istri langsung keluar membangunkan rombangan yang dilihatnya tidur nyenyak. Sekira pukul 00.30 wita semuanya bangun sambil mendengar cerita apa yang barusan 5 menit yang lalu dialami Suwirta bersama Istrinya. ” Saya diingatkan untuk pergi sembahyang ke pura Ped dimana pintu kamar ada yang menggedor tiga kali ” ujar Suwirta. Mendengar hal itu semuanya bergegas mencuci muka dan berpakaian adat untuk pergi sembahyang ke Pura Ped yang tidak jauh dari penginapan.

Usai melakukan persembahyangan rombongan Suwirta dan Istri mekemit di Pura Ped yang mana siangnya Suwirta akan pulang kampung ke Nusa Ceningan. SUS-MB